Aan Ibrahim Terus Kembangkan Sulam Usus

id aan ibrahim, sulam usus

Aan Ibrahim Terus Kembangkan Sulam Usus

Aan Ibrahim bersama salah satu miss universe. (ANTARA Lampung/dok.pribadi.)

Aan Ibrahim sebelum menjadi desainer terkenal dengan beragam karyanya yang lebih menonjolkan produk potensi daerah Lampung dan mengerucut ke sulam usus adalah perawat di Rumah Sakit Umum Abdoel Moelek.

Ia mengaku memiliki keinginan berdikari tanpa terikat dengan instansi. Peluang itu ada, yakni menjadi desainer dan tahun 1984 ke luar dari pekerjaannya di RSUAM untuk menggeluti dunia barunya sebagai perancang busana.

Bang Aan, ia biasa disapa, yang memiliki dua putri buah perkawinannya dengan Rosidah Sarimurat serta mempunyai tiga cucu itu, memiliki kegemaran yakni, "bekerja". Artinya, apa yang ia hadapi dikerjakan secara serius, termasuk mengubah penggunaan sulam usus.

Kala itu, peluang menjadi desainer di daerah cukup besar. Apalagi dirinya bakal menjadi orang pertama sehingga cepat berkembang, meski awalnya belum ada orang yang memanfaatkannya.

Lelaki kelahiran Pagardewa, Kabupaten Tulangbawang, 12 Juni 1955, itu mengaku baru terjun secara profesional di tahun 1989. Semua ia geluti secara otodidak dan banyak belajar dari beragam buku serta majalah era itu.

Awalnya ia diprotes oleh para tokoh masyarakat Lampung karena menggunakan pakaian adat dan dikhawatirkan akan banyak orang yang menggunakannya, sehingga tidak eksklusif lagi.

Namun setelah ia menunjukkan hasil karyanya dengan mengubah penggunaannya menjadi aneka pakaian, baru mereka menerima.

Sulam usus sendiri kala itu hanya digunakan untuk menutupi bagian atas atau pundak pengantin perempuan dan oleh Aan diubah menjadi pakaian yang mengikuti zaman namun tak melepaskan ciri khas kedaerahan.

Desainer Lampung yang banyak mendapatkan penghargaan dari pemerintah baik daerah maupun pusat itu, terakhir Upakarti era Presiden SBY, mengaku bangga dengan perkembangan sulam usus di Lampung.

Dalam pameran hasil kerajinan, lanjut dia, selalu ditampilkan sulam usus dari kabupaten/kota, yang berarti perkembangannya kian pesat. Padahal di masing-masing daerah memiliki potensi kerajinan lain, seperti Lampung Barat dari lidi, namun kini kalah dengan sulam usus.

Berkat jerih payah Aan, hasil karyanya beberepa kali pernah digunakan `miss universe" dan "Miss Indonesia", sedangkan petinggi atau istri petinggi Tanah Air yang mengenakan hasil rancangannya antara lain Megawati soekarnoputri, Ani Yudhoyono, dan Miranda Goeltom serta beberapa orang lainnya.

Ia mencatat karyanya yang termahal, yakni gaun pengantin yang dipesan dari Medan, mencapai Rp50 juta.

Kini, ia mengaku puas karena cita-citanya di tanah kelahirannya untuk mengembangkan sulam usus tercapai. Selain banyaknya perajin sulam usus juga beberapa pengusaha sukses terkait sulam usus sebagian besar pernah "bekerja" dan belajar padanya. Karena Aan mengaku tidak hanya mengajari bagaimana membuat pola serta sulam usus, namun juga manajemen lainnya.

Harapannya kepada pemerintah daerah mencarikan investor mesin sulam usus sehingga dapat diproduksi massal dan otomatis harganya pun dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Bayangkan, lanjut dia, untuk membuat satu kebaya sulam usus bisa memakan waktu dua bulan, belum lagi kalau membuat gaun pengantin panjang menjuntai memerlukan waktu empat bulan lebih. Itu pun harus dibagi-bagi atau dipilah-pilah pengerjaanya oleh beberapa orang, baru disatukan.

Sehingga wajar kalau harga sulam usus itu "mahal", karena dari segi waktu pengerjaannya yang menggunakan tangan manusia atau hand made yang perlu ketelitian dan ketekunan.

Ia mencontohkan, ketika pergi ke India melihat mesin yang memproduksi pakaian khas negeri itu secara massal sehingga kalangan menengah ke bawah bisa menikmati dan mengenakannya.

Sedangkan untuk yang eksklusif yang buatan tangan, tetap ada dan pangsa pasarnya pun ada, jadi ada konsumen masing-masing.

Kepada para desainer muda ia berpesan agar menampilkan karya terbaik dan memiliki posisi tawar akan karyanya tersebut.

Sebab, jangan sampai menjual hasil karya dengan harga murah, padahal untuk mengerjakannya memerlukan waktu, pemikiran dan tenaga serta ilmu.

Selain itu, kepada pejabat daerah atau pengambil kebijakan jangan memanfaatkan para pegiat UKM di bidang sulam usus. Jangan karena mengakomodasi pameran dan lainnya, sehingga meminta "imbalan" dengan harga murah untuk produk sulam usus.

Aan yang mengatakan salah satu dari tiga desaniner di Tanah Air yang memanfaatkan produk atau potensi daerah; dua lainnya Iwan Tirta yang mengeksplore batik menjadi lebih trendi yang selama ini identik dengan kain basahan untuk mandi dan Ramli membuat bordir menjadi lebih indah dipadukan di busana yang sebelumnya hanya untuk taplak meja. Kini banyak yang mengaku sulam usus yang dihasilkan adalah karyanya atau "mendompleng" nama Aan.

Namun hal itu tidak dipermasalahkan karena sulit untuk mengontrol dan yang terpenting tidak membuat nama baiknya rusak.

Cita-citanya ingin membuka lapangan kerja baru di Lampung sudah tercapai. Tinggal satu keinginan, yakni karyanya lebih mendunia.

Aan Ibrahim yang terus serius menggeluti sulam usus sebelum pensiun dari dunianya ingin "show` di New York dan Milan. Tetapi Minimal menyediakan Rp2,5 miliar untuk tampil di negara maju itu. "Doakan semoga saya bisa," katanya.

(ANTARA)