Wartawan senior India dan ibunya tewas dibunuh

id india, wartawan, pembunuhan, kriminalitas

Wartawan senior India dan ibunya tewas dibunuh

Ilustrasi

New Delhi (Antara/Xinhua-OANA) - Seorang jurnalis India dan ibunya, yang berusia 92 tahun, pada Sabtu sore ditemukan tewas terbunuh di negara bagian utara India, Punjab, kata kepolisian.


Jenazah kedua korban ditemukan di kediaman mereka di kota Mohali.


"Singh ditusuk di bagian perut dan leher sementara ibunya, Gurcharan Kaur, diperkirakan dicekik di rumahnya," kata seorang pejabat kepolisian. "Tampaknya ini merupakan pembunuhan."

Pihak berwenang telah membentuk sebuah tim penyelidik untuk memburu pelaku pembunuhan, kata seorang juru bicara pemerintah daerah.


Kj Singh, yang berusia 60 tahun-an, selama menjalankan karier di bidang jurnalistik telah menjabat sebagai editor The Indian Express, The Tribune dan The Times of India di Chandigarh.


Persatuan wartawan di negara bagian dan ibu kota, Chandigarh, mengecam keras pembunuhan tersebut.


Menurut berbagai laporan, kepolisian telah menyita gambar kamera pengawas yang dipasang di dua rumah di dekat kediaman Singh dan sedang melakukan pemindaian guna mendapatkan petunjuk.


Presiden Shiromani Akali Dal (SAD) dan mantan wakil kepala menteri Punjab, Sukhbir Badal, mengecam pembunuhan dan meminta agar penyelidikan segera dilakukan.


"Saya sangat mengecam pembunuhan terhadap KJ Singh dan ibunya di Mohali. Saya mendesak kepolisian untuk segera menemukan pelakukanya," tulis Badal di Twitter.


SAD merupakan partai oposisi di negara bagian itu.


Pembunuhan itu merupakan ketiga kalinya terjadi pada wartawan dalam 19 hari terakhir ini di India.


Para Rabu, seorang wartawan yang bekerja untuk saluran televisi berita daerah ditusuk hingga tewas oleh segerombolan orang di negara bagian timur laut, Tripura.


Sebelumnya pada 5 September, seorang jurnalis senior dan pegiat yang lantang bersuara ditembak mati di luar rumahnya di negara bagian barat daya, Karnataka.


Para pengulas mengatakan India menjadi "tempat yang makin berbahaya untuk menjalankan tugas jurnalistik."


Antara/Xinhua
Tia Mutiasari