Tapak Tilas Perjuangan Veteran Perang Sumo Pawiro

id danding lamteng jajang, dandim lamteng, jajang kurniawan

Tapak Tilas Perjuangan Veteran Perang Sumo  Pawiro

Komandan Kodim 0411 Lampung Tengah Letkol Infantri Jajang Kurniawan saat berkunjung ke rumah pejuang kemerdekaan Sumo Pawiro di Desa Braja Asri Kecamatan Way Jepara Lampung Timur, Senin (14/8) (FOTO: ANTARA Lampung/Muklasin)

...Sudah lupa, dahulu melawan Belanda dan Jepang banyak bom di mana-mana...
Sumo Pawiro (89) tengah membersihkan rumput di belakang rumahnya. Veteran perang pejuang kemerdekaan Indonesia ini kini tinggal di Kabupaten Lampung Timur, jauh dari lokasi perjuangannya di Pulau Jawa (Jawa Tengah).

Namun, buah perjuangan para veteran perang kemerdekaan itu nyaris tak seluruhnya dapat dirasakannya. Sumo Pawiro yang biasa disapa Mbah Sumo itu mengaku hingga kini belum pernah menerima tunjangan dari negara.

Menyusul kabar adanya seorang veteran dari Pulau Jawa tinggal di Lampung Timur belum menerima haknya itu, menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2017, Mbah Sumo pun tidak menyangka akan mendapatkan kunjungan Komandan Kodim 0411/Lampung Tengah Letkol Inf. Jajang Kurniawan.

Letkol Jajang mengunjungi veteran perang Sumo Pawiro di rumahnya, Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Senin (14/8).

"Mbah Sumo, saya Komandan Kodim Lampung Tengah Letkol Jajang Kurniawan ingin ketemu Mbah. Saya ingin tapak tilas sejarah Mbah Sumo," kata Dandim saat memasuki halaman rumah veteran perang tersebut.

Berkaus merah pendek dan bercelana komprang hitam lusuh tanpa memakai sandal, hanya menenteng arit atau sabit, Mbah Sumo yang sedang membersihkan rumput menerima kunjungan Letkol Jajang.

Setelah mengetahui orang yang di depannya adalah komandan TNI di wilayah Kota Metro, Lampung Tengah dan Lampung Timur, Mbah Sumo dan anak-anaknya merima kunjungan Dandim 0411/Lampung Tengah dan anggotanya di rumahnya yang sebagian berdinding papan tua dan geribik terbuat dari bambu dan hanya memiliki dua kamar itu.

Pada sudut ruang tamu rumahnya terdapat sepeda tua kesayangan Mbah Sumo, menurut anak-anaknya, harus selalu dirawat dan dijaga. Sepeda tua itu biasa dipakai Mbah Sumo saat tubuhnya masih kuat bersepeda berkeliling desa dan rutin pergi ke sawah.

Di rumah ini, Dandim Jajang berbincang-bincang dengan veteran perang yang diketahui tidak mendapatkan tunjangan dari negara itu. Letkol Jajang pun menanyakan kisah perjuangan Mbah Sumo Pawiro pada masa perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang.

"Sudah lupa, dahulu melawan Belanda dan Jepang banyak bom di mana-mana," kata Mbah Sumo lirih menjawab pertanyaan Dandim.

Kepadanya pun ditanyakan apakah tunjangan dari negara pernah diterima. "Belum pernah," ujar Sumo Pawiro lagi.

Ditanyakan lagi apakah tunjangan veteran itu pernah diurus. Mbah Sumo kembali menyatakan, "Sudah tetapi tidak dapat. Akan tetapi, saya ikhlas berjuang demi negara," kata Mbah Sumo yang terlihat bahagia mendapatkan kunjungan sejumlah prajurit TNI bersama komandannya itu.

Letkol Jajang kepada wartawan mengatakan bahwa kedatangannya adalah tapak tilas perjuangan Sumo Pawiro. Menurut dia, Sumo Pawiro adalah pejuang dan prajurit sejati.

"Mbah Sumo Pawiro ini pejuang sejati, prajurit sejati karena beliau ikut berperang melawan penjajah merebut kemerdekaan Indonesia," ujarnya lagi.

Sosok Sumo Pawiro, menurut dia, patut diteladani oleh generasi sekarang karena dia ikhlas berjuang tanpa imbalan. Menurutnya, sosok Sumo Pawiro adalah teladan bagi prajurit TNI. Nilai-nilai keprajuritan TNI melekat padanya, yaitu nilai hidup berjuang tanpa pamrih dan hidup sederhana.

"Semua ada pada sosok Sumo Pawiro, yaitu Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, kesederhanaan dan keikhlasan ada pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga yang dipegang teguh prajurit TNI," katanya pula.

Perjuangan seorang prajurit tidaklah mengenal masa. Sumo Pawiro telah terbukti melalui masa-masa Indonesia menuju kemerdekaan dan pada masa kemerdekaan yang semestinya dia nikmati malah tidak menikmatinya.

"Bapak ini nyata-nyata pejuang tetapi, kok, tidak mendapatkan imbalan dan dia ikhlas meskipun awalnya dia mengurus untuk mendapatkan tunjangannya. Akan tetapi, setelah tidak mendapakan tunjangannya, dia tetap ikhlas dan mengaku rela karena dia berjuang demi negara," ujar Jajang lagi.

Ia mengatakan lagi, "Kita yang hidup sekarang bisa merasakan manis kemerdekaan, tapi Sumo Pawiro malah tidak mendapatkan apa-apa. Ini benar-benar terlupakan dan hampir terlupakan. Jika tidak ditemukan, bisa jadi Mbah Sumo Pawiro malah terlupakan selamanya."

Jajang pun membandingkan dengan perjuangan generasi sekarang seperti dirinya yang pernah bertugas di daerah konflik, misalnya di Aceh, Ambon, dan Papua. Menurut dia, perjuangannya itu tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan oleh Sumo Pawiro.

"Untuk menjadi prajurit sejati tidak perlu jauh-jauh belajar ke luar negeri, sudah ada sosok besar di sini, yaitu sosok yang bisa diteladani dari Mbah Sumo Pawiro," katanya lagi.



Upayakan Dapat Tunjangan

Komandan Kodim 0411/Lampung Tengah itu pun berjanji mengupayakan tunjangan veteran perang kemerdekaan Sumo Pawiro dari pemerintah sebagai penghargaan generasi penerus kepada pejuang kemerdekaan, mengingat bangsa yang besar dan hebat adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

Jajang mengatakan bahwa di tubuh organisasi TNI terdapat Bagian Administrasi Veteran (Minvet) yang tugasnya menangani hak-hak veteran. Minvet itu nantinya yang akan mengurus Sumo Pawiro agar mendapatkan tunjangan veteran dari pemerintah.

Dia pun meminta anggotanya memeriksa semua dokumen Sumo Pawiro, seperti kartu hitam veteran dan dokumen pendukung lainnya.

"Saya sebagai komandan kodim di sini berkewajiban menyambungkan dan memperjuangkan pejuang `45 ini untuk mendapatkan hak-haknya, nanti Minvet yang akan mengurusnya," ujarnya lagi.

Sumo Pawiro juga mendapatkan bantuan sembako dari Dandim Lampung Tengah. Bantuan itu diserahkan langsung oleh Jajang Kurniawan.

Nyaris tidak ada yang tahu keberadaan veteran pejuang kemerdekaan itu. Setelah beberapa media massa memberitakan Sumo Pawiro, akhirnya veteran ini mendapatkan kunjungan dan perhatian dari Komandan Kodim 0411/Lampung Tengah.

Sebelumnya, diberitakan bahwa salah satu veteran pejuang kemerdekaan Indonesia Sumo Pawiro hanya bisa berpesan kepada generasi sekarang untuk benar-benar merawat kemerdekaan yang telah diraih dengan susah payah oleh para pejuang dengan mengorbankan nyawa dan harta.

"Tidak dapat tunjangan dari pemerintah enggak apa-apa, saya ikhlas, saya berjuang karena ingin Indonesia merdeka," kata Sumo Pawiro.

Ia bercerita zaman dahulu adalah masa susah. Sekolah saja susah, dan sekarang semua bisa sekolah itu harus disyukuri.

Tidak banyak yang diungkapkan pada usianya yang sudah tua saat ini. Penglihatan, kata-kata, dan pendengarannya pun sudah tidak jelas. Namun, kakinya masih kuat untuk melangkah.

Sumo Pawiro kelahiran Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada tahun 1928. Pada tahun 1973, bersama istri dan empat anaknya, Sumo pindah ke tanah Lampung, tepatnya berada di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur.

Sumo Pawiro adalah pemegang kartu hitam, kartu yang menerangkan yang bersangkutan adalah bekas seorang anggota veteran perang. Kartu hitam itu dikeluarkan oleh Kementerian Urusan Veteran Republik Indonesia. Pada kartu hitam itu namanya tercatat pada tanggal 10 Maret 1962.

Sumo Pawiro juga pemegang kartu anggota Persatuan Pejuang Islam Bekas Bersenjata Seluruh Indonesia Daerah Jawa Tengah dari Kesatuan Sabilillah, anggota cabang Boyolali.

Bersenjatakan bambu runcing, Sumo Pawiro muda menuturkan bahwa dirinya bersama kesatuan Sabilillah berperang melawan penjajah Belanda dan Jepang yang bersenjatakan senapan dan bom. Boyolali, Solo, dan Semarang adalah medan pertempurannya.

Namun, Sumo Pawiro tidak menerima tunjangan veteran dari negara sebagai penghargaan dari negara berkat perjuanganya turut memerdekakan bangsa dan negara ini.

Padahal, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia mengatur hak-hak veteran. Dalam undang-undang ini, diatur kewajiban negara memberikan tunjangan veteran.

Sejak 1992, dia dan anaknya berupaya mengurus untuk mendapatkan haknya itu kepada pemerintah. Biaya yang tidak sedikit telah dikeluarkan Sumo Pawiro untuk mendapatkan tunjangannya.

"Sudah diurus ke sana ke sini, habis uang banyak buat transportasi, tetapi sampai hari ini pemerintah tidak juga memberikan tunjangan kepada Bapak," kata Kusnadi, anak ke-3 Sumo Pawiro.

Pada tahun 2002, Markas Daerah Legiun Veteran Republik Indonesia Tingkat I Provinsi Lampung Komando Yon-Serbaguna Legiun Veteran sempat bersurat ke Koordinator Urusan Veteran Daerah Jawa Tengah untuk membantu mengurus SK kartu hitam Sumo Pawiro agar bisa mendapatkan hak tunjangan veterannya.

Kusnadi hanya pasrah tidak tahu caranya lagi mengurus agar ayahnya itu mendapatkan hak tunjangannya.

"Bapak sudah pasrah. Akan tetapi, kami berharap pemerintah bisa memberikan tunjangan veteran Bapak," katanya lagi.

Sumo Pawiro (89) tercatat di dalam kartu hitam veteran menerangkan lahir pada tahun 1928. Namun, catatan dokumen lainnya tercantum lahir pada tahun 1922. Sejumlah sumber menyebut Sumo lahir pada tahun 1914 atau saat ini telah berusia 103 tahun.

Nasib pejuang kemerdekaan seperti Sumo Pawiro itu mestinya mendapatkan perhatian, bukan hanya diingat menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, melainkan perhatian seutuhnya seharusnya diberikan kepada para pejuang yang telah berkorban jiwa dan raga untuk memerdekakan bangsa Indonesia.

(ANTARA)