Rayakan Kemenangan Dengan Kesederhanaan

id Idul fitri, m Yasin Halim

 Rayakan Kemenangan Dengan Kesederhanaan

Khatib Hi N Yasin Halim saat naik mimbar. (ANTARA Lampung/triono subagyo)

Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Khatib Shalat Idul Fitri 1438 Hijriah di Masjid Al Mardiyah, Kelurahan Labuhanratu Raya, Kecamatan Labuhanratu, Kota Bandarlampung Drs. Hi M Yasin Halim mengajak memaknai hari kemenangan dengan kesederhanaan tapi meningkatkan ketaqwaan.

"Seorang yang taqwa senantiasa istiqomah dalam kehidupan, sehingga dia memiliki keberanian untuk hidup, tiada gentar menghadapi segala ujian dan cobaan hidup, tidak kecewa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran ekonomi bahkan tidak berputus asa bilamana menemui kegagalan," kata dia, di hadapan ratusan jemaah, Ahad.

Sebab, lanjutnya, kegagalan demi kegagalan diyakini pada hakikatnya adalah keberhasilan yang hanya tertunda buat sementara. "Dia percaya Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan perjuangan hidupnya. Lambat atau cepat, dia yakin Allah akan menolongnya," katanya.

Mantan pengajar di IAIN Radin Inten Lampung yang kini menjadi UIN Radin Inten itu menjelaskan, seorang yang berjuang dalam hidup adalah seorang yang mempunyai pandangan jauh ke depan.

"Bagaimana seharusnya dia hidup pada masa yang akan datang? Dia harus berjuang untuk hidup lebih baik dari masa hidupnya yang telah lalu. Untuk itu dia harus mempersiapkan bekal hidup hari esok berupa keberanian menghadapi tantangan hari ini. Dan inilah yang disebut perjuangan hidup," kata dia.

Ia pun menyoroti banyak masyarakat karena dikejar-kejar kebutuhan untuk hidup mewah dan meningkatkan status sosial tidak jarang hidup makmur di atas bangkai saudaranya dam menari-menari di atas kemelaratan orang lain sehingga timbullah kesenjangan sosial.

Banyak sekali orang yang mengeruk keuntungan besar dengan mengorbankan orang lain, misalnya seorang pemilik perusahaan yang mendapatkan keuntungan besar karena berani membayar buruh dengan upah terlalu rendah dan tidak manusiawi.

"Bahkan orang sekarang tidak jarang yang berani memakan hak orang lain, tanpa mempedulikan halal haram atau kesengsaraan orang lain," kata dia.

Khatib menambahkan, seiring dengan kemajuan dunia dengan segala keindahan kegemerlapannya, banyak orang yang mabuk dan terlena dengan kekayaan dan kemewahan sehingga menjadi budak harta, lupa asalnya dan tidak lagi memiliki rasa perikemanusiaan dan lebih tragis lagi sudah kehilangan hati nurani atau tidak lagi mempunyai hati nurani.

"Jika seseorang kehilangan hati nurani, ia mencontohkan seorang dokter hanya melihat penyakit pasien dengan bermacam obat untuk penyembuhannya, tetapi tidak mampu melihat sentuhan kemanusiaan di dalamnya. Ia hanya memandang pasien sebagai sebongkah tubuh yang dijadikan obyek untuk menghasilkan uang," kata dia.

Khatib pun mengajak semua untuk saling membuka pintu maaf kepada sesama karena pada dasarnya manusia tempat salah dan lupa.

"Kita jauhkan sifat angkuh dan sombong karena didasari rasa paling benar dan tidak merasa bersalah serta tidak butuh maaf dari orang lain," katanya.