Kembangkan Minat Baca Anak Sejak Dini

id gemar mambaca buku

Kembangkan Minat Baca Anak Sejak Dini

ilustrasi Sejumlah murid SD yang menunggu jemputan, memanfaatkan waktu dengan membaca buku di Perpustakaan dan Pendidikan non formal Cinta Baca kota Baubau, Kab Baubau. Senin (26/9). (ANTARA/Zabur Karuru)

Jakarta (ANTARA Lampung)  -  "Membaca buku-buku yang baik, berarti memberi makanan rohani yang baik", demikian kata Prof H Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang dikenal dengan Buya Hamka, seorang ulama dan sastrawan Indonesia.

Kutipan tersebut menekankan tentang arti penting membaca, yang oleh Buya Hamka diibaratkan seperti memberi makanan rohani untuk manusia.

Namun, minat baca bangsa Indonesia saat ini relatif rendah, apalagi bila dibandingkan negara-negara maju, seperti Jepang misalnya. Konon, masyarakat Jepang terbiasa menghabiskan waktu luang dengan membaca, bahkan saat dalam perjalanan di bus atau kereta.

Padahal, pepatah lama mengatakan "buku adalah jendela dunia". Informasi yang dibutuhkan tertulis dalam buku-buku. Kita bisa mendapatkan ilmu dan pengetahuan dengan banyak membaca.

Namun, membangun kebiasaan gemar membaca tidak bisa dilakukan sekejap, semudah membalikkan telapak tangan. Minat baca dan kebiasaan membaca harus dikembangkan sejak dini.

Karena itu, orang tua perlu berupaya mengembangkan minat baca anak-anaknya. Namun, orang tua perlu memperhatikan waktu yang tepat bagi anak untuk belajar dan menyukai aktivitas membaca.

Psikolog anak dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jane Cindy MPSi mengatakan ada tahapan perkembangan kemampuan baca tulis berdasarkan teori kemajuan anak yang perlu diperhatikan orang tua.

"Stimulasi yang tepat perlu diberikan sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak," katanya.

Pada usia nol hingga tiga tahun, orang tua sebaiknya secara konsisten memberikan stimulasi berupa membacakan buku cerita anak-anak.

Dalam membacakan buku cerita, Jane menyarankan orang tua menggunakan volume suara yang terdengar jelas dengan intonasi yang sesuai dengan isi kalimat. Hal itu untuk menstimulasi ketertarikan anak terhadap buku dan kegiatan membaca.

Buku ideal yang dibacakan pada tahapan tersebut adalah buku yang bergambar, berwarna, berukuran tulisan besar dengan kalimat yang singkat.

"Pada usia tiga hingga enam tahun, anak dapat diberikan stimulasi berupa pengenalan huruf dan angka. Anak belajar menghubungkan bentuk huruf yang dilihatnya dengan bunyi huruf," tuturnya.

Pada tahap tersebut, anak sebaiknya mulai diberikan kesempatan menggunakan berbagai alat tulis seperti pensil, spidol warna dan krayon untuk mencorat-coret dan menggambar. Hal itu untuk menstimulasi motorik halus anak.

Anak mulai diberi stimulasi membaca dan menulis sebaiknya mulai usia enam tahun ke atas dengan mempertimbangkan kesiapan anak.

"Salah satu tanda kesiapan anak untuk membaca adalah tertarik terhadap buku, senang mendengarkan cerita yang dibacakan dari buku dan sudah menguasai pengenalan abjad berupa menghubungkan bentuh dan bunyi huruf," katanya.

Setelah anak menunjukkan kesiapan untuk membaca, orang tua perlu melibatkan diri dalam interaksi anak dengan buku-bukunya.

Sebaiknya orang tua mendorong anak untuk membaca buku yang dimiliki atau baru dibeli hingga selesai. Orang tua dapat melakukan kegiatan membaca buku bersama-sama anaknya.

"Setelah anak selesai membaca satu buku, orang tua dapat melakukan diskusi singkat mengenai isi buku sehingga terjadi interaksi antara anak dengan orang tua," kata Jane.

Tantangan digitalisasi Salah satu tantangan untuk mengembangkan minat baca anak saat ini adalah digitalisasi. Informasi, termasuk ilmu dan pengetahuan, kini tidak hanya dapat diperoleh dari buku, tetapi juga melalui media digital.

Namun, bagaikan pisau bermata dua, media digital yang muncul ditandai dengan era internet, juga bisa mendatangkan hal-hal negatif bila tidak disikapi secara bijak.

Sebab, di dunia digital, tidak hanya bacaan yang baik yang ada. Bacaan dan materi negatif pun banyak beredar melalui media digital.

Digitalisasi juga berdampak pada barang-barang cetakan seperti buku. Materi-materi yang ada pada buku, saat ini lebih mudah ditemukan di internet, baik sebagian maupun keseluruhan dalam bentuk buku digital atau "e-book".

Bagaimana kalangan penerbit menyikapi hal itu? Wakil Ketua Bidang Humas, Riset dan Informasi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Indra Laksana mengatakan kalangan penerbit telah memahami konsekuensi dari digitalisasi dan sudah bersiap memasuki era digital.

"Basis kekuatan penerbit sebenarnya adalah isi atau konten. Bicara media, bisa berupa fisik atau digital. Beberapa penerbit konvensional sudah mempersiapkan diri ke ranah 'e-book'," katanya.

Upaya memasuki era digital itu juga digalakkan oleh IKAPI lewat kerja sama dengan berbagai pihak untuk menyediakan buku-buku digital atau "e-book" untuk masyarakat, termasuk perpustakaan-perpustakaan yang menginginkan buku digital.

Menurut Indra, usaha yang paling terpengaruh dengan digitalisasi adalah percetakan. Namun, mayoritas penerbit saat ini masih menikmati marjin dari penjualan buku cetakan, sehingga perlu menyesuaikan diri dengan era digital.

"Apakah ini senjakala bagi penerbit? Tidak juga. Toh banyak juga media digital yang awalnya adalah media fisik. Yang penting adalah siap menerima perubahan," tuturnya.

Namun, Indra mengakui penjualan buku mengalami penurunan akibat interaksi masyarakat Indonesia yang kuat dengan internet. Indra menilai minat baca masyarakat meningkat, tetapi pada multimedia yang berbasis jaringan internet.

Meskipun secara umum penjualan buku mengalami penurunan, Indra mengatakan penerbit masih terbantu dengan pembelanjaan pemerintah yang dialokasikan melalui anggaran pendidikan.

Peningkatan anggaran pendidikan sebagian digunakan untuk membeli buku, baik buku pelajaran, pendamping maupun untuk koleksi perpustakaan. Ada alokasi pembelian buku kepada penerbit dari anggaran pendidikan.

Meskipun menyebut ada kontribusi dari peningkatan anggaran pendidikan terhadap penjualan buku, Indra tidak bisa menyebutkan angka yang pasti.

"Tidak bisa diperkirakan karena angkanya tidak definitif. Harus dilihat setiap pencairan anggaran," ujarnya.   (ANTARA)