Pola Hidup Masyarakat Pemicu Pergeseran Penyakit

id ilustrasi makanan tidak sehat

Pola Hidup Masyarakat Pemicu Pergeseran Penyakit

Ilustrasi makanan siap saji (ist)

... perubahan pola gaya hidup masyarakat ke arah gaya hidup tidak sehat antara lain seperti kurangnya aktivitas fisik, kurang mengkonsumsi sayur dan buah, merokok, konsumsi alkohol dan lain-lain, kata Dedi...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Pola gaya hidup masyarakat Indonesia dinilai menjadi faktor penyebab pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular di Tanah Air, kata Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Dedi Kuswanda.

Dedi di Jakarta, Kamis (27/4), menjelaskan pergeseran pola penyakit tersebut dapat dilihat dari beberapa fakta pada era 1990-an penyakit penyebab kematian tertinggi ialah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tuberkulosis (TBC), dan diare yang menular.

Namun setelah 2010 penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi ialah penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan diabetes yang merupakan penyakit katastropik yang sebenarnya bisa dicegah.

"Hal ini dipicu oleh perubahan pola gaya hidup masyarakat ke arah gaya hidup tidak sehat antara lain seperti kurangnya aktivitas fisik, kurang mengkonsumsi sayur dan buah, merokok, konsumsi alkohol dan lain-lain," kata Dedi.

Pergeseran pola penyakit ini, kata dia, akan menjadi hambatan terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan dan produktivitas masyarakat serta semakin besarnya biaya pengobatan yang dibutuhkan.

Penyakit katastropik yang notabene bisa dicegah dengan pola hidup sehat memakan 33 persen lebih anggaran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mendorong langkah promotif dan preventif terjadinya penyakit dengan mengajak masyarakat melakukan pola hidup sehat, atau program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (lnpres) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Gerakan tersebut bermaksud untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran berperilaku hidup sehat di kalangan masyarakat Indonesia dengan fokus utama meIakukan olahraga secara teratur, konsumsi sayur dan buah, serta memeriksa kesehatan secara berkala.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) Patrick A Kalona menyatakan memberikan dukungan kepada pemerintah dalam program Germas.

"Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) mendukung penuh gerakan ini. Evolusi penyakit juga harus dihadapi dengan evolusi poIa gaya hidup masyarakat serta evolusi upaya pemenuhan nutrisi bagi masyarakat," kata Patrick.

Dewan Pakar Ilmiah International Alliance of Dietary Supplement Associations (IADSA) Andrew Show mengatakan bahwa para perlaku industri nutrisi telah menyadari akan terjadinya fenomena pergeseran poIa gaya hidup dan akan berakibat pada pergeseran pola penyakit.

Dia menjelaskan ilmuwan gizi dan pembuat kebijakan di negara maju telah menggeser fokus mereka dari sebelumnya pada penyakit yang disebabkan kekurangan nutrisi ke paradigma baru yang bertujuan untuk mengatasi kondisi kelebihan nutrisi.

Keilmuan tentang nutrisi telah melakukan evolusi dengan menggunakan pendekatan reduksionis.

Pendekatan ini akan berujung pada pemahaman penuh dari Ianskap diet hubungan interaksi antara faktor gizi, diet, sosial, perilaku dan lingkungan.  (Ant)