Rusia yakinkan Suriah bahwa tak ada lagi serangan udara AS

id Perang Irak dan Suriah, AS serang Suriah

Rusia yakinkan Suriah bahwa tak ada lagi serangan udara AS

File/Foto yang menujukkan peluncuran rudal Tomahawk dari kapal perang AS (indiatimes.com)

Damaskus (Antara/Xinhua-OANA) - Penasehat Presiden Suriah Buthaina Shaba'an pada Rabu (19/4) mengatakan sekutu utama pemerintahnya, Rusia, meyakinkan Pemerintah Suriah bahwa takkan ada serangan AS lagi terhadap posisi militer Suriah.
        
Pernyataannya dikeluarkan dua pekan setelah AS menembakkan 59 rudal Tomahawk ke Pangkalan Udara Shayrat di Suriah Tengah, sebagai pembalasan atas dugaan serangan gas beracun oleh militer Suriah terhadap kota kecil yang dikuasai gerilyawan di Provinsi Idlib.
        
Pemerintah Rusia "menegaskan kepada kami bahwa mereka mendukung Suriah, dan kami mengetahui dari mereka bahwa agresi Amerika takkan terulang", kata Shaba'an kepada stasiun TV pan-Arab Al-Mayadeen dalam satu wawancara.
        
Shaba'an, yang lebih lanjut mengecam serangan tersebut, mengatakan serangan rudal AS itu adalah agresi serampangan yang dilakukan tanpa penyelidikan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Ia menambahkan apa yang dilakukan Amerika Serikat saat ini mencerminkan kebingungan.
        
Pejabat tersebut menyatakan dugaan serangan dengan menggunakan bahan kimia beracun adalah perangkap, dan mengutip apa yang ia gambarkan sebagai pernyataan ahli Barat bahwa tak ada pemboman udara terhadap daerah yang dibicarakan di Kota Kecil Khan Sheikhoun.
        
Wanita pejabat tersebut mengatakan serangan udara AS bukan serangan militer, tapi pesan politik, dan menambahkan persekutuan antara Rusia, Suriah dan Iran "lebih kuat daripada sebelumnya".
        
Sementara itu, Penasehat Presiden Suriah tersebut memuji Rusia, Tiongkok dan India sebagai negara menjulang tinggi.
        
Ia mengatakan negaranya mengunggu tim penyelidik dari Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), dan menegaskan Pemerintah Suriah tidak memiliki senjata kimia.

Penerjemah/Redaktur : Chaidar

Antara/Xinhua-OANA