Film Bid'ah Cinta Bisa Jadi Inspirasi Keberagaman

id bintang film bid'ah cinta

Film Bid'ah Cinta Bisa Jadi Inspirasi Keberagaman

Bintang film Ayushita mengenakan kerudung saat menjalani syuting film Bid'ah Cinta. (Foto/Instagram)

Jakarta (ANTARA Lampung) - Budayawan yang juga tokoh Muhammadiyah, M Sobari mengapresiasi pembuatan film Bid'ah Cinta yang disutradarai Nurman Hakim, yang dinilainya bisa menjadi inspirasi merawat keberagaman di Indonesia.

"Yang paling penting dari pesan yang ada di film ini, bahwa ketegangan kolektif yang melibatkan komunitas, bisa ditunda, tidak sekedar adanya pernikahan. Tetapi ada kesadaran bahwa ketegangan itu justru banyak mudharatnya. Jadi ada kesadaran apa yang menjadi wujud damai di langit harus diciptakan di bumi. Itu intinya," kata Sobari, dalam diskusi "Kala Asmara Terbentur Paham Agama" usai nonton bareng film Bid'ah Cinta, di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu.

Film itu menceritakan kisah percintaan yang terbentur pemahaman keagamaan yang berefek pada ketegangan komunitas yang dinilai bisa menjadi gambaran dan sekaligus solusi bagaimana cara menghadapi perbedaan dan menghindari ketegangan.

Di tengah masyarakat yang saat ini mudah tersulut provokasi atas perbedaan pemahaman keagamaan itu, maka film tersebut sekaligus memberikan pesan bahwa adanya suatu perbedaan itu justru suatu keniscayaan mewujudkan cinta.

Nonton bareng dan diskusi diikuti seratusan orang dari berbagai komunitas dengan dipandu dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Nanang Tahqiq. Adapun pembicara dalam diskusi tersebut selain Sobari adalah Rumadi dari Lakpesdam NU, Fajar Riza Ulhaq dari Maarif Institute, dan Tsamara Amani dari perwakilan mahasiswa Universitas Paramadina.

Acara nonton bareng dan diskusi tersebut diselenggarakan oleh Nurcholis Madjid Society. Hadir juga dalam acara itu sutradara dan para pemain film Bid'ah Cinta.

Dalam film Bid'ah Cinta digambarkan bagaimana cinta antara Khalida dan Kamal yang terbentur perbedaan pemahaman keagamaan. Kedua orang tuanya juga kemudian ikut terlibat dalam ketegangan tersebut, bahkan hingga merembet ke komunitas masyarakat.

Namun pada akhirnya, ada pemahaman dan suatu kesepakatan agar tidak menjadikan perbedaan itu agar tidak menjadi ketegangan dan sepakat untuk saling menghormati.

Sobari mengungkapkan, dalam soal perbedaan pemahaman, NU dan Muhammadiyah bisa menjadi potret betapapun ada perbedaan tetapi sekarang sudah menunjukkan saling menghormati. Bahkan, ia melihat justru perbedaan antara Muhammadiyah dan NU didasari pemahaman cinta.

"Perbedaan itu didasari rasa cinta. Orang NU tidak ingin orang Muhammadiyah sesat, orang Muhammadiyah juga tidak ingin orang NU sesat. Jadi perbedaan itu dasarnya cinta," ungkapnya.

Jadi, film tersebut bisa dikatakan potret yang jika dilihat dinamika sekarang NU dan Muhammadiyah sudah mencontohkan bahwa adanya perbedaan mereka tidak menjadikan saling mengolok-olok.

"Gambaran ini, bagus untuk merawat kebersamaan di masyarakat. Karena ketegangan sekarang ini, terjadi bahkan soal orang mati dipolitisasi dengan ancamanan tidak dishalatkan," tuturnya.

Sutradara film Bid'ah Cinta, Nurman Hakim mengatakan, dalam film yang dibuatnya ada harapan masyarakat yang menonton terinspirasi dalam menyikapi perbedaan agar tidak menjadi konflik.

"Ini terinspirasi dari adanya kekhawatiran di beberapa daerah, yang mempertentangkan soal faham keagamaan dan potensial menjadi konflik. Jadi penulisan film ini memang dilatarbelakangi kekhawatiran konflik yang dilatarbelakangi perbedaan paham," ujarnya. (Ant)