Galeri Nasional-Taman Budaya Lampung Gelar Pameran Bersama

id Pameran Bersama Galeri Nasional di Lampung, Galeri Nasional-Taman Budaya Lampung, Taman Budaya Lampung

Galeri Nasional-Taman Budaya Lampung Gelar Pameran Bersama

Foto bersama usai pertemuan membahas rencana pameran bersama Galeri Nasional dengan Taman Budaya Lampung, di Bandarlampung, belum lama ini. (FOTO: ANTARA Lampung/Ist)

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Galeri Nasional dan Taman Budaya Lampung akan menggelar pameran di Gedung Olah Seni (GOS) Taman Budaya Lampung, Jalan Cut Nyak Din 24, Bandarlampung, 22-29 Maret 2017.

"Pameran yang mengusung tajuk `Spirit Khuai Jukhai` ini akan memamerkan koleksi Galeri Nasional dan juga karya rupa perupa Lampung terkini," kata Zamrud, mewakili Galeri Nasional, didampingi Joko Irianta, dari Taman Budaya Lampung (TBL), di Bandarlampung, Minggu.

Zamrud menjelaskan, pameran koleksi Galeri Nasional ini merupakan kegiatan berkala tahunan Galeri Nasional Indonesia dengan misi ingin mendekatkan secara langsung karya-karya asli dari koleksi Galeri Nasional Indonesia kepada para apresian seni rupa di Lampung.

Lebih lanjut Zamrud mengatakan, untuk setiap penyelenggaraan pameran ini selalu disertai dengan karya-karya terpilih dari perupa setempat.

"Ini merupakan stimulan dan memiliki nilai penting bagi perkembangan seni rupa daerah tempat pameran keliling berlangsung," ujarnya.

Ia menuturkan, tujuan dan semangat pameran karya ini disajikan adalah, pertama, untuk mendekatkan secara langsung karya-karya koleksi Galeri Nasional kepada apresian setempat, dan juga untuk menumbuhkembangkan pengetahuan kritik seni rupa pada masyarakat luas.

Lalu, tujuan kedua, bagi kepentingan sejarah seni rupa Indonesia yang memerlukan pencatatan terus menerus, dalam praktik penulisan dan presentasi karya seni rupa.

Pameran di Lampung ini dikuratori oleh kurator Galeri Nasional Sudjud Dartanto didampingi kurator setempat Joko Irianta dan David.

David selaku ko-kurator mengemukakan pameran itu berupaya untuk menggali kekhasan idiomatik pada konteks lokal yang ada, dan dalam kaitan ini kurator menyodorkan tema "Spirit Khua Jukhai", yaitu sebuah tema dari konteks sejarah setempat yang memiliki makna lokal sekaligus universal.

Ko-kurator lainnya Joko Irianta menambahkan, dari elobarasi bersama, tema "Spirit Khua Jukhai" ini, dalam bahasa Lampung, khua artinya dua dan jukhai adalah keturunan atau kelompok.

"Jadi `Spirit Khua Jukhai` adalah semangat pencampuran budaya dari `masyarakat setempat` dengan budaya dari `masyarakat pendatang` untuk membangun ruang geo-kultural Lampung, baik secara sosial, budaya, politik, arsitektur dan yang lainnya," ujar Joko Irianta.

Lebih lanjut, Joko membeberkan secara metaforis ruang geo-kutural itu semacam Indonesia kecil yang mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia sesungguhnya terbentuk dari keberagaman budaya.

Jadi sebagai sebuah tema, kata dia, "Spirit Khua Jukhai" dapat diartikan seluas-luasnya, terutama kaitannya dengan wacana identitas budaya dalam representasi dan praktik seni rupa, ujarnya.

"Identitas budaya sendiri bukanlah sebuah kondisi yang final, ia selalu merupakan kondisi menjadi atau becoming. Seni di satu sisi mengonfirmasi pengalaman-pengalaman subjektivitas dalam proses dinamis formasi dan reformasi identitas budaya," ujar Joko.

Untuk itu, lanjut Joko, panitia pameran bersama Galeri Nasional dan Taman Budaya Lampung mengundang secara terbuka para perupa Lampung untuk mengikuti seleksi dengan mengirim karya terbarunya.

Panitia meminta foto karya, konsep karya, biodata, dan foto diri perupa Lampung yang akan mengikuti pameran itu dapat dikirim ke email: pameran lampung2017@gmail.com, paling lambat 16 Februari 2017. Formulir dapat didownload di http://www.galeri-nasional.or.id.

"Mudah-mudahan gelaran ini bisa menjadi pemantik perupa Lampung dengan merespons tema `Spirit Khua Jukhai` dalam pameran bersama para perupa senior dan bersejarah Indonesia. Diharapkan perupa Lampung akan menghadirkan karya-karya visual terkini dan bisa mendorong perkembangan karya dan wacana seni rupa Lampung pada peta seni rupa Indonesia," kata Joko Irianta.