Abidjan (Antara/Reuters) - Pasukan paramiliter yang marah melepaskan tembakan ke udara menutup akses ke pelabuhan utama Pantai Gading pada Rabu, memaksa perusahaan-perusahaan termasuk eksporter kakao tutup.
Pergolakan di tubuh pasukan keamanan itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan reda.
Presiden Alassane Ouattara, yang juga menghadapi gelombang pemogokan di sektor publik, memerintahkan menteri pertahanan dan para kepala-kepala militernya untuk mengadakan pembicaraan mendesak dengan para anggota pasukan keamanan mengenai keluh-kesah mereka dalam usaha menghindari instabilitas.
Pantai Gading telah keluar dari krisis politik pada 2002-2011 dan perang saudara sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Tetapi kekerasan, yang mulai dipicu pergolakan tentara dua pekan lalu, mengganggu citranya sebagai cerita sukses pasca konflik.
Paramiliter tersebut yang merupakan pasukan polisi di bawah otoritas Kementerian Pertahanan - keluar dari kamp mereka menuju pelabuhan di Abidjan, ibu kota komersial Pantai Gading pada Rabu pagi.
Seorang petugas bea dan cukai mengatakan mereka mengambil posisi di pintu-pintu masuk pelabuhan - satu di antara dua titik utama untuk ekspor kakao yang dikapalkan dari produser terkemuka dunia itu. Akibat aksi tersebut kegiatan di pelabuhan itu terhenti.
"Kami telah menutup pabrik dan gudang-gudang untuk menjamin kakao itu," kata seorang pegawai di sebuah perusahaan ekspor kakao. Ia meminta namanya tak disebutkan karena tak memiliki wewenang untuk berbicara ke media. "Kami meminta karyawan pulang."
Secara terpisah tentara di Buake, kota kedua terbesar di negara Afrika Barat itu, juga melepaskan tembakan di depan penjara utama untuk mencoba menekan pemerintah membayar lebih banyak uang, kata seorang anggota parlemen lokal.
ANTARA
