Suoh, Lampung Barat (ANTARA Lampung) - Uap panas mengepul dari kawah panas bumi yang terus menerus tanpa henti
kendatri hujan mengguyurnya. Aroma belerang terasa di sekitarnya yang
kian menusuk hidung saat mendekatinya.
Fenomena
aktivitas kawah dari sumber panas bumi keramikan di areal hutan Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kabupaten di Lampung Barat,
Provinsi Lampung itu, menyimpan pesona menakjubkan bagi pengunjungnya.
Menurut Cucun Sunarya (31), pemandu ke keramikan di dekat Dusun
Pelalangan Pekon Sukamarga Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat,
Minggu, sejak beberapa tahun terakhir sejumlah pengunjung dari berbagai
daerah sengaja datang untuk menyaksikan pesona alam keramikan itu.
"Setiap hari libur pengunjung terus berdatangan ke keramikan ini
termasuk dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Palembang
dan lainnya," katanya lagi.
Dia menyebutkan untuk
pengunjung itu dikenai jasa ojek sepeda motor yang bisa mengantar ke
lokasi yang tak bisa dijangkau mobil sejauh sekitar 1 km berkisar
Rp50.000 per orang pulang pergi.
Sedangkan jasa pemandunya berkisar Rp100.000 per hari.
Wisata Keramikan Suoh ini mulai dibuka sekitar tahun 2004 dan mulai
dikenal tahun 2006, letaknya berada di kaki Bukit Gunung Ratu, tepatnya
berdekatan dengan Danau Minyak dan Danau Asam.
Wisata
keramikan yang berada dalam kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (TNBBS) ini, juga sangat ramai dikunjungi selain karena
pemandangannya yang indah dan juga unik serta berbeda dengan objek
wisata lainnya sehingga memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Objek wisata Keramikan Suoh ini adalah berupa lahar yang mengeras,
sehingga membentuk seperti semen yang berdekatan dengan sumber air panas
dari bumi.
Keramikan Suoh merupakan dataran yang
berasal cairan dan pasir sulfur dari sumber panas Suoh yang sudah
mengendap bertahun-tahun lamanya.
Warnanya yang putih
kekuningan dan agak transparan membuatnya dijuluki Keramikan (keramik).
Ketebalannya bervariasi, ada yang puluhan meter tapi ada yang tipis
hanya seberapa sentimeter saja.
Karena itu, untuk
melewati ini dibutuhkan pemandu lokal yang sudah hapal jalur agar
menghindari terperosok ke dalam aliran air panas yang sangat berbahaya.
Letaknya tidak begitu jauh dari Danau Lebar dengan menyusuri savana
ilalang yang kemudian oleh para pengunjung disebut "Bukit Telletubies".
Hamparan lempengan batu, seperti kerak ketel uap panas mulai terlihat
di depan mata. Sesekali di tengah dan ujung kaki bukit uap panas
membumbung tinggi. Air panas itu pun terus menyembur pada beberapa sudut
di sekitar kawah tersebut.
Lapisan kerak itu disebut Keramikan berupa hamparan batuan yang mengeras laksana keramik.
Menurut masyarakat setempat, batuan ini berlapis-lapis dan bertambah
luas. Di bawah hamparan yang mengeras seperti menyimpan sumber air panas
yang tak pernah habis dan terus meletup-letup, pada beberapa bagian ada
yang berukuran besar membentuk kubangan atau kolam, dan yang kecil
serta mengalirkan air hangat.
Staf Penyuluh Kehutanan
Balai Besar TNBBS Vivin Adi Anggoro menyatakan, pihaknya selalu
mengingatkan harus berhati-hati kalau menginjak kawasan Keramikan itu,
mengingat masih banyak yang melanggar dan datang sendiri tanpa
hati-hati, sehingga menghadapi masalah.
Menurut Cucun
Sunarya, beberapa kali terjadi kasus pengunjung yang terjerembab di
bagian hamparan yang belum mengeras, sehingga terkena air panas di
bawahnya dan harus mendapatkan perawatan medis.
Kawasan Zona Pemanfaatan
Kepala Balai Besar TNBBS Ir Timbul Batubara MSc menyatakan, kawasan
keramikan itu masuk dalam kawasan zona pemanfaatan hutan TNBBS. Areal
keramikan dan danai di sekitarnya dengan luas mencapai sekitar 1.000 ha.
Menurut Timbul, kawasan tersebut telah diusulkan oleh masyarakat
sekitar untuk dapat dikelola sebagai objek wisata alam.
Vivin menambahkan bahwa untuk mengelola kawasan tersebut musti mengikuti
prosedur dan ketentuan usaha jasa wisata alam di kawasan hutan TNBBS
pada zona pemanfaatan. Pihak TNBBS sudah melakukan survei potensi dan
pengecekan lokasi serta selanjutnya akan melakukan survei desain tapak
untuk menentukan ruang publik dan ruang usaha agar dapat mengelolanya
sebagai objek wisata alam tanpa merusak lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber, kawasan di zona
pemanfaatan TNBBS itu menyimpan cerita dan kisah vulkanik termasuk
cerita berbau mistis di dalamnya.
Gunung Ratu di kawasan
ini pernah meletus pada 1933. Letusan itulah yang diyakini masyarakat
membentuk empat danau, beserta sumber air panas dengan lempeng-lempeng
mengeras di Keramikan.
Permukiman paling tua di kawasan
ini adalah Pekon Hantatai dan Ratu Negeri Ratu. Lalu, berkembang menjadi
17 pekon atau kampung yang kini menjadi kantong permukiman atau enclave
di taman nasional.
Suoh--sekarang sudah dimekarkan lagi
menjadi Kecamatan Bandar Negeri Suoh--memendam salah satu fenomena
vulkanik Cincin Api di Sumatera (Ring of Fire Sumatera).
Saat menuju Keramikan itu, pengunjung akan melintasi padang rumput
(savana) yang disebut "Bukit Telletubies" serta empat danau: Asam,
Belibis, Lebar, dan Seminyak.
Pada sela-sela savana itu
ada pagar besi di beberapa cekungan sebagai tempat semburan api. Pada
ujung barat, gugusan pegunungan memperlihatkan warna gelap dan terang
yang disebut Pegunungan Loreng, dulu menjadi tempat kerbau liar yang
berkeliaran di sekitarnya.
Ternyata, empat danau
tersebut menyimpan kisah tersendiri, dan disebut Danau Asam lantaran
mengandung kadar asam tinggi.
Danau Seminyak, selain
berbau seperti minyak tanah--namun saat ini menurut warga setempat bau
minyak ini kian menghilang--lapisan air di atas tak mau bercampur dengan
lapisan bawahnya.
Sedangkan danau yang dihuni burung
belibis hingga kini disebut dengan Danau Belibis. Danau yang paling luas
semula adalah Danau Lebar yang membentuk hamparan air di kaki bukit
hingga permukiman setempat. Namun danau ini kini makin menyempit antara
lain karena sedimentasi. Danau yang lebih luas adalah Danau Asam.
Hingga kini, wisata dengan keunikan vulkanik di Suoh belum dikelola
secara serius karena memang berada dalam kawasan hutan TNBBS dan
berbatasan langsung dengan zona rehabilitasi dan zona inti di TNBBS.
Meski keunikan vulkanik Suoh belum dikelola serius, masih dikelola apa
adanya oleh masyarakat setempat, mengingat berada dalam kawasan hutan
TNBBS, pengelolaan potensi wisatanya tetap menjanjikan.
Namun saat ini masyarakat sekitar sering datang setiap akhir pekan.
Mereka dengan bebas menikmati pemandangan di tepi danau sampai
Keramikan. Warga setempat berharap keunikan wisata ini dapat dikelola
dan dikembangkan lebih lanjut bekerjasama dengan Balai Besar TNBBS.
Suoh merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Lampung Barat
yang sekarang telah dimekarkan menjadi dua wilayah kecamatan (Suoh dan
Bandar Negeri Suoh).
Kendati pernah terkenal karena
termasuk salah satu wilayah relatif terisolir di Lampung. Suoh sempat
mencuat saat kejadian gempa bumi melanda Lampung Barat pada 15 Februari
1994 yang mengakibatkan kerusakan parah di Liwa, Kabupaten Lampung Barat
dan sekitarnya.
Saat itu, warga Suoh dinyatakan tak
diketahui nasibnya akibat gempat kuat tersebut, mengingat wilayah itu
hanya dapat dijangkau melalui udara (helikopter) karena kerusakan yang
terjadi pada infrastruktur jalan ke daerah ini.
Berdasarkan laporan hampir semua bangunan permanen di Liwa rata dengan
tanah, termasuk sejumlah rumah di Suoh. Tak kurang dari 196 jiwa dari
beberapa desa dan kecamatan di Lampung Barat tewas, sementara jumlah
korban yang terluka hampir mencapai 2.000 orang. Rata-rata mereka tewas
dan terluka karena tertimpa reruntuhan bangunan.
Berdasarkan informasi, jumlah penduduk yang kehilangan tempat tinggal
hampir mencapai 75 ribu jiwa. Dampak gempa pun masih terasa sampai 40
kilometer dari ibu kota Kabupaten Lampung Barat tersebut, karena akses
jalan yang semula sulit ditembus kendaraan roda empat khususnya. Suoh
juga terkenal karena kondisi warganya yang masih merasa selalu
"dianaktirikan" oleh pemerintah, terutama kondisi jalan yang sulit
ditembus kendaraan bermotor.
Suoh terus berkembang
dengan kondisi jalan mulai membaik. Suoh ternyata juga menyimpan potensi
ekonomi yang tinggi, antara lain dari sektor pertanian dan perkebunan
sebagai salah satu daerah penghasil beras utama di Lampung Barat
termasuk penghasil beras organik, penghasil kakao, dan kopi maupun lada
serta berbagai komoditas lainnya. Potensi ekonomi masyarakatnya juga
berkembang, seperti perajin tahu dan tempe.
Suoh juga menyimpan potensi wisata alam yang tinggi, antara lain karena berbatasan dengan kawasan hutan TNBBS.
Suoh dikenal sebagai kawasan geotrek dengan potensi panas bumi yang
luar biasa menjanjikan diperkirakan 900 megawatt equivalent (MWe) di
dalam maupun luar kawasan, potensi wisata petualangan yang cukup
menantang, menembus jalan tanah, menyebrangi Way Semaka, dan diakhiri
dengan panorama dari Danau Lebar, Danau Belibis, Danau Minyak, dan Danau
Asam.
Wisata alam ke Suoh terasakan belum lengkap dan
memuaskan dahaga pengunjung bila belum berkunjung ke Keramikan yang
menantang, unik, dan eksotis.
Berita Terkait
Lampung sebut pengerjaan jalan wisata selesai H-7 Lebaran
Kamis, 28 Maret 2024 22:12 Wib
Menparekraf sebut wisman di Bali bayar pungutan Rp150.000 baru 40 persen
Senin, 25 Maret 2024 20:46 Wib
Lamban Sabah berwisata sambil nikmati kuliner khas Lampung
Sabtu, 23 Maret 2024 16:07 Wib
BRI Regional Lampung bangun 291 desa BRILian
Rabu, 20 Maret 2024 8:39 Wib
Digitalisasi desa wisata menumbuhkan pariwisata Lampung
Sabtu, 16 Maret 2024 15:54 Wib
KA Wisata Ambarawa hantam mobil, satu orang terluka
Minggu, 10 Maret 2024 19:58 Wib
Kawanan gajah liar rusak kawasan wisata di Bandar Negeri Suoh Lampung Barat
Sabtu, 2 Maret 2024 13:38 Wib
Jalan menuju kawasan wisata di Lampung mulai diperbaiki
Rabu, 28 Februari 2024 13:27 Wib