Lampung gelar seminar kelainan sistem saraf

id dokter saraf, Perdossi,Lampung gelar seminar kelainan sistem saraf

Lampung gelar seminar kelainan sistem saraf

IDI dan Perdossi Lampung gelar seminar kelainan sistem saraf di Bandarlampung, Sabtu (1/10). (Istimewa)

Bandarlampung (Antara Lampung) - Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Cabang Lampung dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Lampung menggelar seminar neurologi yang menangani kelainan pada sistem saraf.
         
Seminar bertajuk "Neurology Update In Daily Practice" berlangsung di Hotel 7th Bandarlampung, Sabtu, menghadirkan sejumlah pemateri dari sejumlah dokter ahli saraf di Tanah Air.
         
Pada seminar yang dihadiri ratusan dokter dan para medis dari sejumlah rumah sakit dan praktik di Lampung itu mengangkat berbagai persoalan terkait kelainan pada sistem saraf, seperti stroke, parkinson, epilepsi, trauma nyeri neuropatik, vertigo, nyeri kepala, dan dimensia.
         
Pembicara pada seminar bertajuk "Neurology Update In Daily Practice" itu diantaranya Dr dr Ismail Setyopranoto SpS(K) dari UGM, Dr dr Paulus Anam Ong, SpS(K), Dr dr Kurnia Kusumastuti SpS(K), dr Mursyid Bustami SpS(K) KLC, dr Simon H Tambunan SpS, dan dr Betty Soedaly, SpS.
          
Dr dr Paulus Anam Ong, Sp.S(K) dalam kesempatan itu mengatakan bahwa penyakit parkinson atau  kondisi tubuh yang mengalami kerusakan saraf dapat dilakukan pengobatan dengan berbagai cara seperti terapi operatif, terapi pembedahan, terapi prehabilitatif dan non-farmakologis lain.
         
Ia menyebutkan, gejala klinis penyakit parkinson ditandai dengan TRAP (Tremor, Ridigitas, Akinesia dan Postur tak stabil).
         
"Pengenalan dini klinis akan memberikan peluang pengobatan yang lebih baik," jelasnya.
         
Menurutnya, penyakit itu dapat dilakukan terapi operatif dipertimbangkan jika terapi obat tidak ada perbaikan yang memuaskan. Kemudian pasien yang masih muda di bawah 50 tahun, masih dapat berjalan tanpa bantuan, berespons terhadap antiparkinson, tetapi sering timbul komplikasi pengobatan, dan tidak ada gangguan sistemetik yang berat.
         
"Terapi pembedahan dan prehabilitatif dan non farmakologis lain dapat juga dilakukan," jelasnya.
         
Ia menambahkan, pelaksanaan pembedahan (PD) pada penyakit itu bertujuan untuk terapi simptomatik gejala dan penyulit akibat, proteksi terhadap sel-sel neuron yang masih tersisa, rehabilitasi medik, dan upaya restoratif tersedianya sel-sel neuron baru.