Rusia rancang perangkat unik diagnosa kanker

id Studi, penyakit,kanker, Rusia

Rusia rancang perangkat unik diagnosa kanker

Peneliti laboratorium internasional ternama Rusia berhasil merancang perangkat unik dengan memanfaatkan partikel nano magnetik untuk mendiagnosa beberapa jenis penyakit kanker. (sputniknews.com)

Moskow (Antara/Sputnik) - Peneliti laboratorium internasional ternama Rusia baru-baru ini berhasil merancang perangkat unik dengan memanfaatkan partikel nano magnetik untuk mendiagnosa beberapa jenis penyakit kanker.
        
Kanker masih dianggap sulit disembuhkan walaupun banyak ilmuwan berusaha mengembangkan metode pengobatannya.
        
Alhasil, Kepala Peneliti Laboratorium Biomedis Partikel Nano NUST MISS, Alexander Majouga beserta tim, salah satunya menjabat wakil dekan Universitas Lomonosov Moskow berupaya memanfaatkan teknologi magnet untuk mendiagnosa penyakit tersebut.
        
Pasien kanker umumnya dianjurkan menjalani kemoterapi. Akan tetapi dalam tingkatan tertentu, efek kemoterapi tak lagi bekerja pada tubuh, sehingga sel utama kanker tak dapat dihancurkan, kata Majouga.
        
"Peneliti di Hamburg, Jerman sempat menguji coba Doxorubicin, obat kemoterapi ke hewan. Namun, obat hanya mampu mencapai jarak 150 mikron dalam tumor (daging tumbuh)  hewan yang terjangkit kanker, padahal diameternya mencapai satu sentimeter," ujarnya.
        
Terlebih, kanker akan terus menyebar ke seluruh tubuh dan prosesnya dikenal dengan metastases, tambah Majouga.
        
Pasalnya, sel kanker akan melepas bagian jaringannya sebelum bertumbuh jadi tumor. Bagian itu nantinya terbawa ke saluran darah, katanya.
        
"Darah mengalirkan sel kanker ke seluruh tubuh, mereka dapat bersarang ke organ apapun. Misalnya, kasus kanker prostat dapat ikut menjangkit paru-paru, hati, bahkan tulang."
   
Alhasil, tim peneliti Rusia berupaya merancang metode pengobatan memanfaatkan teknologi nano untuk diagnosa awal penyakit kanker. Langkah itu menggunakan partikel nano magnetik, disebut "agen kontras" untuk mendeteksi penyakit kanker otak seperti "glioblastoma multiforme".
        
"Diagnosa tepat dibutuhkan untuk menyingkirkan seluruh tumor kanker, tetapi metode yang umumnya digunakan kurang efektif dan seringkali memiliki efek samping. Kami membuktikan 'agen kontras' mampu melacak dan menunjukkan ukuran glioblastoma stadium awal via citra MRI. Informasi itu memungkinkan dokter mengangkat tumor tanpa menyisakan sel kanker dalam tubuh," kata ketua peneliti tersebut.
        
Sel kanker yang masih tertinggal dapat menyebabkan tumor tumbuh kembali, tambahnya.
        
"Dibanding citra MRI tradisional, 'agen kontras' mampu meningkatkan akurasi ukuran tumor hingga 50 persen. Tim telah membuktikan efektivitas obat pada pra-perawatan, walaupun dalam periode penyembuhan, hal itu masih perlu diuji keamanannya dalam waktu 12 bulan ini".
        
Setidaknya ada lima "agen kontras" yang dirancang untuk mendiagnosa beberapa jenis kanker.
        
"Dalam kasus kanker hati, misalnya, 'agen kontras' magnetik itu akan memasuki aliran darah dan otomatis tersimpan ke hati. Pasalnya, hati merupakan organ spesial, bertanggung jawab menyaring dan menghancurkan partikel asing di tubuh," jelas Majouga.
        
Sementara itu, pasien kanker lambung dan usus (gastrointestinal) hanya perlu menelan "agen kontras", tambahnya.
       
"Akan tetapi, kasus kanker otak cukup berbeda karena organ tersebut tak sembarang menerima partikel asing yang masuk. Otak terpisah dari bagian tubuh lain karena bekerjanya sistem aliran darah otak (BBB) yang akan mencegah segala unsur 'berbahaya' seperti virus, bakteria, atau bidang magnet memasuki jaringan di kepala," ungkap Majouga.
         
"Kami berupaya memanipulasinya dengan membungkus `agen kontras¿ dengan protein darah manusia, atau serum albumin. Nantinya, tumor dapat terlihat saat bidang magnet itu terakumulasi dalam saluran darah di sekitarnya, jelasnya.    
    
Ada dua tipe "agen kontras" dalam citra MRI, pertama terbuat dari gadolinium, dan kedua magnet. Perlu diketahui, gadolinium merupakan besi berat dan beracun, sehingga pasien kerap mengalami reaksi alergi berat hingga menyebabkan kematian.
        
Gadolinium juga memiliki kelemahan karena cepat meninggalkan tubuh. Alhasil, dokter hanya punya waktu lima menit untuk melakukan deteksi.
        
Sementara itu, bahan magnet terbukti aman, dan dapat terlihat jelas dalam citra MRI.
       
Keuntungan lainnya, magnet dapat bertahan selama 30 menit, sehingga dokter tidak perlu terburu-buru melakukan deteksi dan mendiagnosa penyakit.
        
"Nantinya, kami akan membuat magnet dapat bertahan dalam tumor lebih lama, hal ini tidak sekadar untuk diagnosa, tetapi untuk pengobatan".