Padli Ramdan Pimpin AJI Bandarlampung 2016-2019

id fadli ramdan, ketua aji baru, periode 2016-2020

Padli Ramdan Pimpin AJI Bandarlampung 2016-2019

Padli Ramdan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung 2016-2019 (ist)

...Doakan kami bisa menjaga amanah ini dengan baik, ujar Padli...
Bandarlampung  (ANTARA Lampung) - Padli Ramdan yang telah terpilih memimpin Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung 2016-2019 menyatakan akan berupaya sekuat tenaga menjaga amanah itu, sehingga dapat menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan baik bersama Wandi Barboy sebagai Sekretaris.

"Doakan kami bisa menjaga amanah ini dengan baik," ujar Padli, di Bandarlampung, Minggu.

Duet Padli Ramdan-Wandi Barboy akhirnya secara aklamasi dipilih oleh para peserta Konferensi Kota AJI Bandarlampung 2016 yang berlangsung di aula PKBI di Bandarlampung, Sabtu (30/4) petang.

Dalam Konferkot AJI Bandarlampung itu hadir pula Ketua Umum AJI Indonesia Suwarjono, dengan agenda utama untuk memilih ketua dan pengurus baru periode tiga tahun mendatang.

Padli Ramdan yang juga redaktur Harian Umum Lampung Post menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan.

Menurut dia, kepercayaan untuk memimpin AJI Bandarlampung bersama Wandi Barboy itu merupakan amanah, dan tetap memerlukan dukungan dari para anggota AJI Bandarlampung serta semua pihak agar dapat menjalankannya dengan baik.

"Terima kasih atas dukungan dan kepercayaan yang sudah diberikan, doakan kami bisa menjaga amanah ini dengan baik," katanya lagi.

Padli Ramdan menggantikan Ketua AJI Bandarlampung sebelumnya Yoso Muliawan (redaktur Harian Tribun Lampung) yang memimpin periode 2013-2016.

Dalam Konferkot AJI Bandarlampung 2016 itu, selain memilih ketua dan sekretaris bersama formatur untuk menyusun kepengurusan baru periode 2016-2019, peserta juga membahas laporan pertanggungjawaban pengurus AJI Bandarlampung periode 2013-2016 dan pedoman program kerja pengurus baru periode 2016-2019.

Sebelumnya muncul sedikitnya empat jurnalis yang masuk bursa bakal calon ketua AJI Bandarlampung, yaitu Padli Ramdan, Abdul Ghofur, Wandi Barboy Silaban, dan Dian Wahyu Kesuma. Semuanya bekerja di Surat Kabar Harian Lampung Post.

Padli tercatat sebagai redaktur halaman minggu Lampung Post. Ia pernah menjabat Sekretaris AJI Bandarlampung periode 2010-2013. Padli sebelumnya aktif sebagai aktivias pers mahasiswa Teknokra Universitas Lampung (Unila). Ia pernah menjabat Pemimpin Redaksi Teknokra.

Sedangkan Abdul Ghofur atau akrab disapa Agho, kini menjabat redaktur halaman daerah Lampung Post. Serupa Padli, ia juga pernah bergiat di pers kampus Unila itu. Agho pernah menjabat sebagai Pemimpin Umum Teknokra.

Bakal calon ketua lainnya adalah Wandi Barboy Silaban, kini menjabat asisten redaktur halaman daerah Lampung Post. Penyuka novel-novel dan pemikiran Pramoedya Ananta Toer ini adalah alumnus Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Unila.

Pada pertengahan kepengurusan periode 2013-2016, Wandi mengemban amanah sebagai Penjabat Sementara (Pjs) Sekretaris AJI Bandarlampung yang ditinggalkan Ridwan Hardiansyah.

Adapun Dian Wahyu Kesuma merupakan jurnalis muda yang terbilang cemerlang kariernya. Meskipun baru beberapa tahun bekerja di Lampung Post, ia kini telah menjabat asisten redaktur halaman ekonomi dan bisnis koran harian di Lampung itu.

Padli Ramdan sebelumnya pernah menjabat Sekretaris AJI Bandarlampung periode kepemimpinan Wakos Reza Gautama, dan Wandi Barboy adalah Sekretaris AJI Bandarlampung era kepemimpinan Yoso Muliawan sebelumnya, setelah Sekretaris Ridwan Hardiansyah mengundurkan diri.

Menurut mantan Ketua AJI Bandarlampung 2013-2016 Yoso Muliawan, saat ini sebanyak 49 jurnalis menjadi anggota AJI Bandarlampung.

Dalam Konferta itu, Ketua Umum AJI Suwarjono mengingatkan semua pihak agar mewaspadai adanya penumpang gelap pada era kebebasan pers, antara lain kemunculan media "abal-abal" yang tak bertanggungjawab terhadap nilai-nilai jurnalistik dalam pemberitaannya.

Menurut Suwarjono, keberadaan media "abal-abal" itu cenderung menjamur dan pertumbuhannya seperti tak terbendung karena tak ada kontrol. Padahal media itu hanya menyebarluaskan pemberitaan sebagai sarana untuk memeras maupun menjadi alat provokasi untuk memecah belah persatuan serta agama di tengah masyarakat.

Tindakan wartawan media "abal-abal" itu di daerah-daerah dinilai oleh Suwarjono hanya merusak dan merugikan masyarakat, seperti mendatangi kepala desa atau sekolah maupun instansi tertentu untuk meminta uang dengan cara memaksa menggunakan ancaman akan diberitakan di media mereka.

Karena itu, dia mengimbau untuk tak perlu takut dan tidak memberikan amplop atau uang kepada wartawan, termasuk dari media "abal-abal" seperti itu, serta mendorong keberanian narasumber untuk melaporkannya kepada pihak kepolisian bila mendapati adanya wartawan yang memeras.(Ant)