Kabar Gembira Penyelamatan Badak Sumatera

id Kabar Gembira Penyelamatan Badak Sumatera, Penyelamatan Badak Sumatera, Nasib Badak Sumatera, Badak Sumatera

Kabar Gembira Penyelamatan Badak Sumatera

Badak Sumatera "Naja" yang berada di Kutai Provinsi Kalimantan Timur dan telah diselamatkan. (FOTO: ANTARA Lampung/Ist-Dok. YABI)

Dalam kurun waktu lima dekade terakhir, ini adalah kali pertama badak sumatera dapat diamati secara langsung di habitatnya di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Upaya penyelamatan dan pelestarian badak sumatera bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis harrissoni), salah satu spesies badak di dunia yang sangat langka dan terancam punah, mendapatkan kabar baik.

Setelah sebelumnya konservasi badak berhasil melaksanakan program kelahiran badak sumatera di penangkaran Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur, induk betina badak itu kembali hamil dan sedang menunggu kelahiran bayi badak dalam beberapa bulan mendatang.

Selain itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dr Siti Nurbaya Rusli beberapa hari lalu menyampaikan apresiasi untuk kerja tim yang telah berhasil melindungi salah satu badak sumatera yang ditemukan di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur.

"Ini adalah langkah yang memberi harapan dalam upaya kita menyelamatkan populasi badak sumatera di Kalimantan, dan lebih jauh lagi menunjukkan komitmen Indonesia dalam upaya konservasi tumbuhan dan satwa langka," ujar Menteri Siti Nurbaya dalam akun facebooknya.

Menurut informasi Yayasan Badak Indonesia (YABI), keberhasilan itu seiring dengan peresmian Rhino Protection Unit (RPU) Kutai Barat, Kalimantan Timur pada 10 Maret 2016 di gedung pertemuan kantor bupati Kutai Barat.

Pembentukan tiga tim RPU di Kantong 3 ini, berkonsetrasi untuk pengamanan badak dan monitoring pitt trap. Target utama tim RPU antara lain menyelamatkan badak "Naja", mengingat dari informasi yang didapatkan bahwa badak ini telah teridentifikasi terkena jerat dan tali sisa jerat masih melekat di kakinya.

Pada Sabtu (12/3) pukul 14.45 WITA, RPU berhasil menangkap badak "Naja" itu yang masuk ke dalam pitt trap (perangkap). Perangkap itu dibuat oleh tim RPU telah mendapatkan izin dari berbagai pihak.

Setelah masuk ke dalam perangkap, tim langsung membuat boma (kandang sementara) yang dipimpin oleh Arief Rubianto, Manager RPU Wilayah Sumatera.

Dengan kekuatan dan tenaga yang tersisa, akhirnya boma selesai dan pada 13 Maret 2016, Naja masuk ke dalam boma dengan tidak ada reaksi atau perlawanan.

Pada saat di dalam boma, Naja sempat diberi makan oleh salah satu personel RPU agar tidak terlalu sensitif dengan manusia dan Naja sudah mulai berkubang serta tidur.

Adanya tali jerat yang melilit pergelangan kaki Naja pada 16 Maret 2016, jerat tersebut dilepas oleh tim medis (drh Dedi Chandra dari TN Way Kambas Lampung), drh Winda, drh Amir dan drh Wayan (Dinas Pertenakan). Tali jerat tersebut adalah jenis nilon.

Sekitar kurang lebih enam bulan kaki Naja terlilit jerat nilon, ternyata mampu bertahan hidup hingga kini.

Setelah pembuatan boma, rencana selanjutnya akan dimulai pembangunan Sumatran Rhino Sanctuary of Borneo (SRS-Borneo), dan Naja akan ditranslokasikan ke SRS-Borneo tersebut.

Berkaitan keberadaan badak sumatera itu, Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Senin (21/3) memastikan informasi bahwa seekor badak sumatera berhasil ditemukan dan diselamatkan dari dalam lubang perangkap (pit trap) pada Sabtu (12/3).

Dalam kurun waktu lima dekade terakhir, ini adalah kali pertama badak sumatera dapat diamati secara langsung di habitatnya di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Badak yang tertangkap ini diketahui berjenis kelamin betina dengan usia sekitar 4-5 tahun.

Menurut Anastasia Joanita, Media Relations Officer World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, individu badak ini pernah teridentifikasi kamera jebak yang dipasang Tim Survei Badak WWF Indonesia pada bulan Oktober 2015 .

Setelah diketahui keberadaan badak di lubang perangkap, Tim segera membangun kandang sementara (boma), dimana badak dapat tinggal di dalamnya selama paling lama dua bulan. Sejak Senin (14/3), badak yang tertangkap sudah berada di dalam boma yang memiliki luasan sekitar 50 m2.

Sampai saat ini teridentifikasi melalui kamera jebak dan jejak tapak setidaknya terdapat 15 individu badak sumatera di tiga kantong populasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Menurut drh Dedi Candra dari TNWK yang sedang berada di lokasi saat badak ditemukan dalam pit trap, kondisi kesehatan badak yang ditemukan dinyatakan mulai dapat menyesuaikan diri dan jerat tali nilon di kaki kiri belakang sudah berhasil dilepaskan seluruhnya.

Sejak Desember 2015, Tim Penyelamatan Badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat, yang dibentuk Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), telah bekerja untuk menyiapkan rencana translokasi badak di Kutai Barat.

"Kami mengapresiasi kerja Tim yang telah berhasil menangkap salah satu badak di Kabupaten Kutai Barat. Ini adalah langkah yang memberi harapan dalam upaya kita menyelamatkan populasi Badak Sumatera di Kalimantan dan lebih jauh lagi menunjukkan komitmen Indonesia dalam upaya konservasi Tumbuhan dan Satwa Langka (TSL)", ujar Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dalam Konferensi Pers di Manggala Wanabakti, Senin (21/3).

Bupati Kutai Barat, Ismail Thomas, dalam kesempatan terpisah menyampaikan keberadaan badak di wilayahnya menjadi kebanggaan masyarakat Kutai Barat.

Ia sangat berharap, populasi badak yang diketahui sudah langka ini di Kalimantan bisa dijaga keberadaannya.

"Pemerintah Kabupaten beserta seluruh elemen masyarakat siap mendukung upaya penyelamatan badak yang sejatinya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat," katanya pula.

Saat ini, KLHK bersama mitra di dalam Tim Penyelamatan Badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat sedang menyiapkan tempat yang akan dijadikan sebagai Suaka Badak Sumatera di Kalimantan di dalam kawasan hutan lindung Kelian. Kawasan lindung ini disahkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2012 berdasarkan usulan Bupati Kutai Barat pada tahun 2008.

Dr Efransjah, CEO WWF Indonesia mengatakan, "Kita memiliki peluang besar untuk mempertahankan populasi Badak Sumatera di Kalimantan. Sangatlah penting menyediakan mereka rumah yang aman, karena sebagian populasi yang sudah teridentifikasi berada pada daerah yang rawan."

Widodo Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI) menegaskan pentingnya badak sumatera di Kalimantan memiliki suaka yang dikelola serupa dengan Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas.

"Penempatan badak sumatera di dalam suaka akan memungkinkan pengamanan dan pengawasan yang ketat bagi populasi yang ada. Apabila populasi memadai, maka pembangunan suaka ini akan sangat bermanfaat untuk mendukung program perkembangbiakan dalam rangka menuju angka populasi yang layak untuk kelangsungan Badak Sumatera di Kalimantan, bagaimanapun juga pengelolaan badak sumatera yang populasinya sangat sedikit memerlukan pendekatan pengelolaan metapopulasi," ujar Widodo pula.

          Ancaman Perburuan Liar
World Wide Fund for Nature (WWF) mengingatkan kembali upaya penyelamatan badak sumatera memerlukan dukungan berbagai pihak mengingat tekanan atas populasi dan ancaman perburuan liar pada habitatnya di hutan sumatera termasuk Lampung semakin besar dan terus mengintai.

Progam Manager WWF Indonesia Sumbagsel Job Charles di Bandarlampung menyatakan, saat ini perkiraan populasi badak sumatera bercula dua dari hasil pertemuan para ahli badak sumatera menunjukkan kian berkurang.

Dia menyebutkan, satwa tergolong sangat langka di dunia dan terancam punah itu, diperkirakan populasinya di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang berada di Provinsi Lampung dan Bengkulu (selatan) berkisar 17-24 ekor.

Sedangkan di hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur yang memiliki pula pusat penyelamatan badak sumatera (Sumatran Rhino Sanctuary/SRS) diperkirakan populasinya tinggal 30 ekor.

Menurutnya, WWF Indonesia bekerjasama dengan baerbagai pihak untuk mendukung penyelamatan badak sumatera itu, terutama dari ancaman kematian akibat perburuan liar dan tekanan habitat di hutan yang makin menyempit.

"Sampai saat ini temuan badak mati atau bangkai badak liar terutama di hutan TNWK dan TNBBS itu tidak ada lagi," ujar Job pula.

Akhir tahun 2015 lalu, dalam upaya penyelamatan dan penangkaran badak sumatera di hutan TNWK, badak "Harapan" yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat pada tahun 2007, setelah melalui perjalanan panjang, telah kembali menghuni rumah asli alaminya di hutan TNWK itu.

"Harapan" yang didatangkan dari Cincinnati Zoo itu, telah tiba di Suaka Rhino Sumatera TNWK, Senin (2 November 2015).

Koordinator Humas Balai TNWK Lampung, Sukatmoko menyatakan, dengan kehadiran Harapan itu di SRS Way Kambas, menyusul kakaknya badak "Andalas" yang sebelumnya telah dipulangkan lebih dulu, kini jumlah badak yang ada di SRS Way Kambas menjadi enam ekor badak dari sebelumnya lima ekor.

Keenam badak itu terdiri dari tiga badak jantan dan tiga badak betina, yaitu Andalas, Harapan, Andatu (jantan), dan Dina, Rosa, dan Ratu (betina).

Badak sumatera merupakan satwa sangat langka dan dilindungi di dunia, di antaranya masih hidup pada habitat aslinya di hutan di Lampung, yaitu TNWK dan TNBBS.

Selama bertahun-tahun, perburuan badak sumatera untuk diambil cula maupun bagian-bagian tubuh lainnya--biasanya dipercaya sebagai bahan obat trandisional--telah berakibat pada semakin berkurang populasi satwa tersebut. Saat ini, kehilangan habitat hutan menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup badak sumatera yang masih tersisa.

WWF mengingatkan, kerusakan hutan, diiringi dengan berbagai aktivitas yang tidak berkelanjutan oleh manusia telah menyebabkan semakin terdesak populasi badak sumatera menuju kepunahan.

Populasinya yang semakin kecil dan tinggi laju kerusakan hutan yang menyebabkan hutan terfragmentasi dalam kotak-kotak yang terisolir, berakibat dalam beberapa kasus, badak sumatera dilaporkan keluar hutan dan masuk ladang penduduk mencari makanan.

Di TNBBS ancaman utama terhadap habitat badak sumatera adalah perambahan hutan menjadi kebun kopi dan tanaman pertanian lainnnya.

Seiring dengan pembukaan hutan yang begitu cepat dan semakin terbuka akses terhadap lokasi di dalam taman nasional, ancaman serius lainnya pun muncul, yaitu perburuan liar.

WWF Indonesia di TNBBS yang merupakan salah satu dari areal konservasi penting bagi badak sumatera yang tersisa di Sumatera--selain di TNWK, semula diperkirakan sekitar 60--80 ekor badak sumatera masih berada di taman nasional ini, dan merupakan populasi terbesar kedua di dunia.

Bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai TNBBS, fokus kegiatan WWF Indonesia di TNBBS mencakup upaya-upaya perlindungan habitat, pengelolaan kawasan, pengembangan masyarakat, advokasi dan kebijakan, serta pendidikan dan penyadartahuan.

WWF bersama mitranya saat ini berupaya merehabilitasi habitat badak sumatera di TNBBS khususnya di beberapa lokasi yang dikonversi secara ilegal untuk pengembangan perkebunan kopi dan beberapa produk pertanian lainnya.

Beberapa pembeli dan pedagang biji kopi internasional saat ini bekerjasama untuk memastikan bahwa hanya kopi yang ditanam secara berkelanjutan yang masuk ke dalam rantai suplai kopi global mereka.

Beberapa di antaranya juga bekerjasama dengan WWF untuk meningkatkan pendapatan petani di areal penyangga taman nasional, dengan cara meningkatkan teknik produksi kopi mereka.

Patroli bersama antara masyarakat dan jagawana setempat dalam menjaga kawasan juga sangat membantu upaya penyadartahuan masyarakat di desa-desa di sekitar taman nasional itu.

Tujuan dari upaya ini adalah supaya kawasan di taman nasional yang telah menjadi kebun kopi dapat direhabilitasi, sehingga dapat berfungsi kembali sebagai hutan habitat badak sumatera.

WWF juga membantu memperkuat upaya-upaya antiperburuan satwa dilindungi di TNBBS.

Tim patroli terlatih dikenal dengan nama Rhino Protection Unit (RPU)--dikelola oleh mitra LSM Yayasan Badak Indonesia dan International Rhino Foundation bersama dengan Balai TNBBS--dengan dukungan dari WWF, secara regular berpatroli di areal-areal kunci di TNBBS dan terbukti efektif menstabilkan populasi badak sumatera dari perburuan.

Sejak tahun 2002, tidak pernah lagi ditemukan kasus perburuan badak Sumatera di TNBBS.

Karena itu, upaya penyelamatan, perlindungan dan pelestarian badak sumatera, baik di TNWK maupun TNBBS ini, menjadi harapan besar dunia bagi pelestarian salah satu spesies penting badak langka di dunia ini.

Apalagi belakangan Ratu, badak sumatera betina penghuni SRS TNWK kini tengah hamil untuk kedua kalinya dan usia kehamilannya menunggu kelahiran beberapa bulan lagi. Seperti halnya kehamilan pertama, kehamilan kedua ini juga merupakan buah perkawinannya dengan badak jantan Andalas.

Dari kehamilan pertamanya pada tanggal 23 Juni 2012, Ratu telah berhasil melahirkan seekor anak badak jantan yang diberi nama Andatu. Kelahiran ini merupakan kelahiran badak sumatra pertama dalam sebuah fasilitas perkembangbiakan di Asia setelah 124 tahun lamanya.

Saat usia Andatu mencapai 2 tahun atau lebih, tepatnya sejak tanggal 6 September 2014, Andatu mulai disapih dari induknya dan ditempatkan pada kandang sendiri.

Upaya penyelamatan dan pelestarian badak di dunia terutama badak sumatera telah menunjukkan titik terang dan mendapatkan sejumlah kabar gembira.

Namun ancaman atas badak sumatera itu pada habitatnya di hutan sumatera maupun Kalimantan yang selalu mengintai, tetap perlu diantisipasi bersama-sama oleh para pihak, agar badak bercula dua ini populasinya terus meningkat dan dapat lestari.