Pesona Pulau Pahawang Terusik Penebangan Bakau

id Pesona Pahawang Terusik Penebangan Bakau, Bakau Pulau Pahawang Ditebangi, Pulau Pahawang

Pesona Pulau Pahawang Terusik Penebangan Bakau

Wisatawan mendarat di Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Pesona Pulau Pahawang sebagai objek wisata bahari dengan kelestarian alam dan lingkungan sekitarnya, terumbu karang maupun hutan mangrove, selayaknya dapat dijaga semua pihak, siapa pun yang mengusiknya harus dihentikan bersama-sama.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Pulau Pahawang salah satu destinasi wisata bahari unggulan di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung banyak dikunjungi wisatawan.

Kini pesona Pahawang itu terusik ulah oknum anggota DPRD setempat yang menebangi hutan bakau di pulau ini.

Padahal pelestarian mangrove (bakau) telah diusahakan warga di pulau ini sebagai salah satu keunggulan dan daya tarik wisata alam laut sekaligus pembelajaran dalam melestarikan lingkungan pesisir dan pulau tersebut.

Aparat Pemerintahan Desa Pulau Pahawang Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran telah melaporkan adanya penebangan hutan bakau itu kepada bupati setempat.

"Pernyataan sikap kami terkait penolakan pembangunan tempat wisata yang berujung pada penebangan mangrove telah disampaikan kepada Bupati Pesawaran," kata Kepala Desa Pulau Pahawang Ahmad Salim, di Pulau Pahawang, Sabtu (19/3).

Dia mengatakan, berdasarkan rekomendasi Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM) Desa Pulau Pahawang, penebangan mangrove di seluruh wilayah pulau ini tidak diizinkan karena wilayah konservasi.

Salim menegaskan bahwa rekomendasi BPDPM tersebut sah dan legal, mengingat badan yang dibentuk pada tahun 2006 tersebut berdiri dengan SK Bupati Pesawaran.

"Jadi kami sudah musyawarah internal aparat desa dengan mendengarkan rekomendasi BPDPM, kegiatan penebangan mangrove tersebut ilegal dan tidak boleh dilanjutkan," kata dia lagi.

Salim mengatakan akan mengirimkan larangan tertulis tersebut kepada Bupati Pesawaran agar dapat mendukung sikap warga tersebut.

Ketua BPDPM Desa Pulau Pahawang Ismen Hayani membenarkan pernyataan kepala desanya tersebut.

"Hutan mangrove di sini merupakan areal konservasi. Tempat tinggal biota laut, ikan, udang, kepiting berada di bawah akar mangrove itu. Mangrove ini juga berfungsi agar pantai tidak mengalami abrasi. Kalau ditebang bisa abrasi dan terjadi pengikisan pantai," kata dia pula.

Meskipun penebangan dilakukan dengan dalih untuk kepentingan pengelolaan kawasan pariwisata oleh pemilik lahan, namun wilayah Pulau Pahawang adalah kawasan konservasi, dan konsep wisata di daerah tersebut harus berbasis kelestarian lingkungan.

"Wisata di sini adalah ekowisata yang ramah lingkungan, bukan dengan merusak lingkungan. Dia hanya beli lahan bukan berarti dia bisa membuka bibir pantai untuk jalan," ujarnya lagi.

Berdasarkan hasil investigasi LSM Mitra Bentala dan pantauan langsung Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove (BPDPM) Desa Pulau Pahawang, ditemukan sekitar 100 meter persegi hutan mangrove telah ditebang.

"Penebangan sekitar 100 meter persegi mangrove itu telah terjadi, padahal kawasan ini sudah dikonservasi oleh BPDPM dan wilayah belajar anak peduli lingkungan SDN Pulau Pahawang," kata Manajer Advokasi dan Kebijakan LSM Mitra Bentala Supriyanto, saat meninjau lokasi bersama sejumlah wartawan.

Menurut dia, aksi penebangan pohon bakau dilakukan pada 9-11 Maret 2016 lalu.

"Rencananya hutan mangrove itu bahkan akan ditebang hingga seluas 900 meter persegi atau kurang lebih 1 hektare, menurut pengakuan mereka, aksi tersebut merupakan perintah oknum anggota DPRD Pesawaran berinisial ES," katanya lagi.

Aksi penebangan hutan bakau tersebut terhenti karena mendapat protes dari warga dan BPDPM setempat.

Sebelumnya ES telah membeli lahan seluas sekitar 2 ha dari Ali (pemilik lahan) di Pekon Pahawang yang akan dijadikan sebagai lokasi pariwisata.

Dalih untuk pengembangan pariwisata tersebut dijadikan dasar ES menebangi pohon mangrove yang berlokasi di bibir pantai Pulau Pahawang.

Pulau Pahawang merupakan salah satu destinasi wisata bahari alami unggulan di Lampung yang kini terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara, mengingat kawasan pantai, terumbu karang, dan hutan mangrove di pulau ini relatif terjaga dan terus dilestarikan oleh warga setempat.

Para pengunjung di Pulau Pahawang dapat berenang, memancing, snorkeling, membakar ikan, dan melakukan aktivitas berkeliling pulau berjalan kaki atau bersepeda maupun menggunakan perahu untuk menyaksikan eksotisme hutan bakau dan pemandangan alami sekitarnya.

Warga Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran itu serius untuk mengembangkan pengelolaan wisata bahari di daerah ini.

"Beberapa program desa lebih mengarah pada keberadaan wisata bahari agar bisa bertahan lama dikunjungi wisatawan," ujar Kepala Desa Pulau Pahawang Ahmad Salim pula.

Menurut dia, kedatangan wisatawan ke daerah ini dikarenakan masih terjaga potensi terumbu karang dan lahan mangrove setempat, sehingga memiliki daya tarik eksotisme yang tinggi.

"Masih terawat dan terjaga kondisi terumbu karang saat ini harus diimbangi dengan perawatan lingkungan sekitarnya atau transplantasi bakau, sehingga bisa mempertahankan kelestariannya," katanya.

Karena itu, aa mendukung upaya pemuda dan warga setempat aktif menyelamatkan lingkungan, mulai dari terumbu karang hingga tanaman mangrovenya.

Ia juga menegaskan, keberadaan kawasan mangrove dan terumbu karang yang baik itu, bisa mempermudah masyarakat khususnya nelayan untuk mendapatkan ikan.

"Pemuda dan masyarakat Pulau Pahawang aktif dalam pelestarian hutan mangrove dan transplantasi terumbu karang yang didukung Kelompok Sadar Wisata Cinta Bahari, BPDPM serta tokoh masyarakat di sini untuk mewujudkan Desa Pulau Pahawang sebagai destinasi wisata pendidikan dan konservasi alam unggulan di Provinsi Lampung," ujarnya pula.

Dia mengemukakan, pihaknya berupaya memberdayakan ekonomi masyarakat dalam bidang pariwisata dengan mengembangkan homestay (rumah singgah wisatawan), pengembangan kerajinan dan cenderamata (olahan kerajinan dari tempurung kelapa) dan kuliner khas Pulau Pahawang (makanan olahan mangrove, seperti dodol mangrove, sirup mangrove, keripik jeruju (mangrove) terus dikembangkan.

Hanya saja, ia melanjutkan, semua kegiatan ini masih secara swadaya sehingga masih banyak memerlukan bantuan dari pemerintah atau investor yang menanamkan modalnya untuk memajukan daerah kepulauan tersebut.

Ahmad Salim menyebutkan, saat ini sudah terdapat 85 unit rumah, dan masih dipersiapkan lagi sebanyak 40 unit rumah untuk memenuhi kapasitas tampung wisatawan.

"Setiap bulan sedikitnya 500 orang harus kembali pada lain waktu karena keterbatasan tempat tinggal," kata Salim pula.

Sedangkan fasilitas antarjemput kapal, ia menerangkan, semua kapal nelayan difungsikan untuk hal tersebut.

Selama liburan Lebaran 2015, salah satu kawasan wisata alam yang memang diminati pengunjung dari Lampung dan luar Lampung adalah gugusan Pulau Pahawang di Teluk Lampung.

Padahal, selain pulau itu masih ada sejumlah objek wisata pantai lainnya yang tersebar di perbatasan Kota Bandarlampung, Kabupaten Lampung Selatan hingga Kabupaten Pesawaran.

Kepadatan wisatawan yang datang sering kali menimbulkan kemacetan arus lalu-lintas di sejumlah objek wisata pantai di Lampung tersebut, termasuk saat liburan lebaran tahun 2015 maupun awal tahun 2016 lalu.

Menurut Ahmad Salim, Kepala Desa Pulau Pahawang, selama liburan Idul Fitri 1436 Hijriah dan saat perayaan Tahun Baru 2016, paket kunjungan wisata ke pulau ini dipadati peminat sehingga pengelola perahu setempat sampai tidak lagi bisa melayani permintaan jasa penyeberangan baru yang mendadak diminta calon wisatawan.

"Selama liburan Lebaran dan Tahun Baru itu padat pengunjung yang datang dan sudah memesan sewa kapal jauh hari sebelumnya, sehingga kalau memesan mendadak terpaksa belum bisa dilayani karena semua kapal sudah dipesan," kata Salim.

Dia membenarkan warga setempat mengelola paket wisata peduli lingkungan untuk kunjungan ke Pulau Pahawang, dengan menyiapkan fasilitas dan pelayanan maksimal yang diperlukan para wisatawan.

"Kami biasanya menyiapkan kapal dan operator untuk menyeberang dari Dermaga Ketapang di Padangcermin ke Pulau Pahawang," ujar dia lagi.

Pengembangan kawasan wisata alam Pulau Pahawang itu juga mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari LSM Mitra Bentala Lampung.

Lindon Varian dan Supriyanto, aktivis Mitra Bentala, menyatakan pihaknya selama bertahun-tahun terakhir telah mendorong pengembangan paket wisata ramah lingkungan dan mendidik bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Pulau Pahawang dan gugusan pulau sekitarnya.

"Pengembangan wisata itu melibatkan masyarakat sekitar," ujar Lindon dan Supriyanto pula.

Warga Pulau Pahawang mengembangkan Kelompok Sadar Wisata Cinta Bahari yang melayani permintaan kunjungan ke Pulau Pahawang.

Pulau Pahawang merupakan tujuan wisata di wilayah Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, yang memiliki pesona wisata bawah laut dan pemandangan alam eksotik.

Keindahan alam yang ada di perairan Pulau Pahawang menjadi daya tarik tersendiri, terutama untuk para penyelam serta pengagum "snorkeling" (menyelam di permukaan).

Perjalanan menuju ke Pulau Pahawang bisa ditempuh dengan menyeberang terlebih dulu melalui Dermaga Ketapang, dengan perjalanan sekitar satu jam kurang, akan tiba di Pulau Pahawang seluas sekitar 1.084 hektare.

Pengunjung bisa menyisiri semua garis pantai pulau ini dengan menyewa perahu, untuk menyaksikan sisi pulau yang terdapat deretan pohon nyiur yang banyak serta rapat-rapat.

Pada bagian lain di pulau ini terdapat rimba dengan pohon besar di bibir pantainya, dengan sedikit pasir di pantainya tetapi benar-benar rimbun pohon-pohon.

Air lautnya berwarna biru jernih, terlihat kontras dengan warna hijau dari pohon-pohon sekitarnya.

Pulau Pahawang mempunyai enam dusun, yakni Suakbuah, Penggetahan, Jeralangan, Kelompok, Pahawang dan Cukuhnyai dengan penghuni sebanyak 1. 533 jiwa.

Di sekitar Pulau Pahawang terdapat banyak pulau, seperti Pulau Pahawang Kecil, Pulau Gosong, Pulau Kelagian, serta Pulau Pahawang Besar.

Di sini terdapat banyak "spot snorkeling", termasuk di antaranya spot kapal nelayan yang karam yang telah menjadi tempat persembunyian ikan serta hewan laut lain.

Keragaman biota dan keindahan bawah laut di pulau ini, menjadi terlihat makin cantik dengan berbagai macam karang, ikan, serta tumbuhan laut di dasar pantainya.

Tak jauh dari pulau ini, pengunjung bisa meneruskan penjelajahan dengan berlayar ke Tanjung Putus serta Pulau Kelagian.

Di Tanjung Putus terdapat Pulau Gosong, pulau yang cuma terbagi dalam pasir putih. Di sekitarnya, terdapat air laut yang jernih berwarna hijau toska, tidak terlampau dalam, seperti kolam renang pribadi tidak berbatas yang dibingkai deretan bukit serta pulau dari kejauhan.

Apabila berkunjung ke Pulau Kelagian, pasir putih yang halus serta air yang benar-benar jernih bakal menyongsong kedatangan anda, dengan pantainya yang benar-benar nyaman serta tenang untuk bersantai serta berenang.

           Pelestarian Bakau
LSM Mitra Wisata bekerjasama dengan penduduk setempat untuk mengelola Pulau Pahawang agar menjadi salah satu tujuan wisata yang masuk dalam wilayah Kabupaten Pesawaran.

Mitra Wisata ini merupakan bagian dari LSM lain, yaitu Mitra Bentala.

Mitra Wisata yang mengurusi masalah wisata di Pulau Pahawang, sedangkan Mitra Bentala adalah LSM lingkungan yang fokus pada usaha pelestarian alam terutama hutan bakau (mangrove) di Pulau Pahawang dan sekitarnya.

LSM ini sudah sejak tahun 1997 telah bekerjasama dengan penduduk Pulau Pahawang untuk melindungi dan melestarikan puluhan hektare hutan bakau di pulau tersebut.

Para aktivis LSM ini, meyakini bahwa pelestarian mangrove bila digabungkan dengan terumbu karang yang merupakan daya tarik utama Pulau Pahawang, bisa memberikan tempat tinggal dan tempat berkembang-biak bagi ikan dan hewan penghuni laut lainnya.

Apabila terumbu karang Pulau Pahawang tetap terjaga dan terlindungi, maka akan banyak orang terus berdatangan untuk menikmati keindahan dan panorama alam bawah lautnya yang eksotik itu.

Menurut Kepala Desa Pulau Pahawang Ahmad Salim, setiba di pulau ini para pengunjung dapat menikmati keindahan alam, kuliner khas serta berbagai pesona alam maupun kehidupan masyarakat di sini.

"Tak perlu khawatir soal tempat menginap, karena semuanya tersedia di sini, termasuk dapat membaur dengan kehidupan warga kami di sini," ujar dia lagi.

Setelah tiba di Pulau Pahawang, tersedia "Community Garden" yang merupakan fasilitas milik Mitra Wisata seluas 2 hektare yang digunakan sebagai tempat singgah bagi wisatawan yang datang ke pulau ini.

Di lokasi ini pula tersedia "cottages" yang berjumlah 10 unit dengan tambahan satu ruangan besar yang digunakan berkumpul dan makan bersama.

"Community garden" ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman buah, seperti durian, nangka, pepaya, mangga, dan jambu. Pengunjung pun boleh memetik buah yang sudah matang dari pohonnya.

Bila ingin berkeliling Pulau Pahawang, tersedia fasilitas track yang sudah dipasang "paving block", sehingga bisa digunakan oleh pengunjung untuk aktivitas seperti jogging.

Atau bila ingin berkeliling Pulau Pahawang dengan cepat, juga bisa menggunakan sepeda. Mitra Wisata sudah menyediakan sepeda ontel yang bisa digunakan oleh pengunjung selama sekitar setengah jam berkeliling pulau ini bersepeda, sedangkan bila lari santai, pengunjung bisa mengeliling pulau dalam waktu satu jam.

Track yang ada di Pulau Pahawang bergelombang naik-turun. Jadi bila melakukan jogging ada sedikit tantangan ketimbang bila melewati track yang datar.

Pengunjung yang ingin melihat keindahan terumbu karang yang ada di bawah laut Pulau Pahawang, oleh Mitra Wisata sudah menyiapkan peralatan "snorkeling" lengkap dengan kaki kataknya.

Mitra Wisata juga menyediakan pemandu bagi mereka yang ingin melihat terumbu karang. Lokasi penyelaman berada tidak jauh dari hutan bakau yang sempat rusak pada tahun 90-an, namun saat ini hutan mangrove tersebut sudah pulih kembali.

Di sini terdapat pula salah satu titik tidak jauh dari hutan bakau yang dipenuhi terumbu karang dari jenis soft coral, seperti karang anemon, karang jahe, karang nanas, karang otak, dan karang seroja.

Sedangkan jenis ikan yang hidup di sekitar terumbu karang di Pulau Pahawang ini adalah ikan monyoyang, ikan naso, ikan tempala, dan ikan batok biru.

Di "community garden" juga disediakan berbagai hasil olahan ikan, termasuk dua jenis ikan yang sering dikonsumsi di sini, yaitu ikan simba dan kembung sate. Pengelola Mitra Wisata akan membakarkan ikan untuk dikonsumsi.

Namun, pengunjung bisa membakar ikan sendiri, sehingga dapat menikmati aroma hasil bakaran ikan yang dipadu dengan bumbu sederhana untuk menambah selera saat membakarnya sendiri.

Menikmati ikan bakar dengan sambal seruit khas Lampung, di tengah pesona alam Pulau Pahawang yang eksotik, merupakan kenikmatan tersendiri, sehingga membuat pengunjung kerasan berlama-lama.

Semua pesona dan keindahan alam itu, akan membuat pengunjung tergerak untuk kembali ke pulau ini, setelah pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Pesona Pulau Pahawang sebagai objek wisata bahari dengan kelestarian alam dan lingkungan sekitarnya, terumbu karang maupun hutan mangrove, selayaknya dapat dijaga semua pihak, sehingga siapa pun yang mengusiknya harus dicegah dan dihentikan bersama-sama.

Jangan biarkan eksotisme alam Pulau Pahawang sirna karena ulah tak ramah lingkungan dibiarkan merusak lingkungan sekitar pulau ini.