Bupati Mesuji: Disiapkan Sekolah bagi Pelajar Moromoro

id Pemkab Mesuji Siapkan Sekolah, Sekolah bagi Anak-anak Moromoro, Nasib Pelajar Moromoro

"Kami akan terhalang dengan ketentuan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan yang mana tertera larangan keras bagai pejabat pemerintah untuk menjamah kawasan Register 45 Mesuji," ujar Bupati Khamamik.
Mesuji, Lampung (ANTARA Lampung) - Bupati Mesuji, Provinsi Lampung, Khamamik, menegaskan bahwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat telah menyiapkan sekolah dasar untuk menampung anak-anak warga Moromoro di kawasan Register 45 Mesuji agar dapat meneruskan pendidikan mereka.

Menurut Khamamik di Mesuji, Selasa (9/2), Pemkab Mesuji melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat akan mengakomodasi anak-anak yang tinggal di kawasan Register 45, yaitu Moromoro, Morodewe, dan lokasi lain di Kecamatan Way Serdang, Mesuji Timur agar dapat kembali bersekolah di SD terdekat.

Rencananya anak-anak dari kawasan Register 45 itu akan disekolahkan di SDN 1 Gedung Boga dan SDN 2 Gedung Boga.

"Kami juga telah membangun ruang kelas baru pada kedua sekolah tersebut, dengan tiga lokal sebagai tempat proses belajar mengajar bagi anak-anak warga Moromoro dan wilayah sekitar kawasan Register 45 itu," katanya.

Khamamik menyatakan, pemkab setempat tidak bisa langsung mengakomodasi seluruh pelajar di kawasan Moromoro untuk tetap bersekolah di tempat ini.

"Kami akan terhalang dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan yang mana tertera larangan keras bagai pejabat pemerintah untuk menjamah kawasan Register 45 Mesuji," ujar dia lagi.

Khamamik menambahkan, selain ruang kelas baru (RKB), pihaknya juga menyiapkan dua truk yang dibeli dengan dana APBD Mesuji lengkap dengan atapnya yang akan digunakan sebagai kendaraan angkutan bagi para pelajar dari kawasan Register 45 itu menuju sekolah masing-masing.

Selain itu, pihaknya juga meminta kepada para kepala sekolah agar menerima pelajar dari kawasan Moromoro untuk bersekolah seperti siswa lainnya.

Khamamik menegaskan kemajuan dunia pendidikan di daerahnya sangat berperan penting untuk menciptakan generasi penerus bangsa mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas.

          Dirikan Rumah Belajar
Sebelumnya, sejumlah relawan yang melakukan kampanye #wesavemoromoro dan #jangantutupsekolahkami membuat berbagai komunitas di Kota Bandarlampung Provinsi Lampung, dan Bandung, Jawa Barat untuk turun tangan mendirikan "Rumah Belajar Moromoro" yang akhirnya dapat diresmikan operasionalnya.

"Setelah melakukan berbagai persiapan sejak November 2015, kami bersama berbagai komunitas di Bandung dan Lampung akhirnya melakukan peresmian Rumah Belajar Moromoro diDdusun Morodewe Kabupaten Mesuji, Lampung. Kegiatan ini dilakukan untuk menegaskan bahwa pendidikan harus berjalan dengan cara apa pun," ujar Ricco Andreas, alumni SD Morodewe di kawasan Register 45 Mesuji yang kini tengah belajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila).

Ricco menjelaskan, setelah melakukan kampanye dan penggalangan dana melalui situs www.kitabisa.com, pada awal tahun ini sejumlah komunitas melakukan gerakan bersama untuk membangun "Rumah Belajar Moromoro" yang berlokasi di eks bangunan SD Morodewe, Mesuji, Lampung.

Pendirian rumah belajar itu menyusul kebijakan penutupan SD Morodewe di Moromoro, Mesuji, Lampung bulan Mei tahun 2015.

Penutupan sekolah itu berimbas pada 111 siswa yang harus tercerai-berai. Terdapat 45 orang yang harus pulang pergi (PP) menumpang truk ke SDN II Indraloka di Tulangbawang sejauh 12 km, sejumlah tiga anak putus sekolah karena kekurangan biaya dan sisanya harus pindah sekolah ke dua SD lain di Moromoro yang jaraknya juga cukup jauh dari rumah mereka di Morodewe.

Menurut Ricco yang merupakan tim #wesavemoromoro, pihaknya berhasil membawa berbagai komunitas untuk mengunjungi kampungnya dan menghidupkan kembali suasana belajar di Morodewe.

Komunitas-komunitas yang turut bersumbangsih atas kegiatan ini adalah Komunitas Rumah Bintang Bandung, Komunitas Filmut Bandarlampung, komunitas Motor Linescapade, dan Komunitas Helau Tiedye.

"Tujuan dari mendirikan rumah belajar tersebut yaitu memberikan motivasi kepada adik-adik di Morodewe yang sudah tidak diberikan akses pendidikan oleh pemerintah setempat. Rumah Belajar ini sendiri didesain agar anak-anak tetap bisa berkarya dan semangat belajar. Karenanya berbagai komunitas bahu membahu mengumpukan donasi baik berupa uang dan peralatan belajar demi mengembalikan keceriaan mereka," kata Niki Suryaman, pegiat Komunitas Rumah Bintang Bandung yang terlibat dalam pendirian rumah belajar itu pula.

Pendirian Rumah Belajar Moromoro sendiri menghabiskan dana Rp7 juta sejak renovasi sampai pembukaan. Sedangkan sejumlah dana lainnya digunakan untuk membantu tiga siswa SD Morodewe yang sempat putus sekolah untuk kembali sekolah dan merajut masa depan cerah dengan gembira.