Hamas Tolak Sebutan Teroris

id Hamas Tolak Sebutan Teroris, Ikhwanul Muslimin, Mesir, Palestina, Gaza, palestina

 Hamas Tolak Sebutan Teroris

Terowongan di Jalur Gaza. (Id.wikipedia.org).

Kami tak memperkirakan satu negara seperti Mesir, yang merupakan tempat aman bagi rakyat dan perlawanan Palestina, meninggalkan (prinsip-prinsipnya) dan memposisikan Hamas sebagai satu organisasi teroris."
Gaza City, Wilayah Palestina (Antara/AFP/Reuters) - Perdana Menteri Gaza Ismail Haniya menolak pada Selasa penyebutan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi "teroris", dengan menyatakan gerakan Islamnya tidak akan meninggalkan hubungannya dengan organisasi di Mesir itu.

"Tak seorangpun dapat mendorong Hamas menolak ideologinya atau sejarahnya," kata dia dalam jumpa pers, menekankan dia "menolak diskripsi Ikhwanul Muslimin sebagai teroris".

"Kami tak memperkirakan satu negara seperti Mesir, yang merupakan tempat aman bagi rakyat dan perlawanan Palestina, meninggalkan (prinsip-prinsipnya) dan memposisikan Hamas sebagai satu organisasi teroris," kata dia.

Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, merupakan afiliasi Ikhwanul Muslimin Palestina. Penuntut umum dan kepolisian Mesir menuduh Ikhwanul Muslimin memiliki hubungan dengan Hamas dan para militan Sinai.

Penguasa militer Mesir menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris  pada Rabu, sehari setelah pemboman kantor polisi di sebelah utara Kairo. Satu kelompok yang terinspirasi Al Qaidah dan tak diketahui memiliki hubungan dengan gerakan itu mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut.

Langkah Mesir itu menjatuhkan Ikhwanul Muslimin yang merupakan kelompok oposisi terorganisasi sangat baik di negara itu selama puluhan tahun kediktatoran dan menang dalam rangkaian pemilihan umum setelah penggulingan Hosni Mubarak 2011.

Mohammad Moursi, salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin, terpilih sebagai presiden dalam pemungutan suara pertama secara demokratis pada 2012.

Militer memaksa Moursi mundur dari kekuasaan pada 3 Juli di tengah-tengah unjuk rasa masif yang menuntut pengunduran dirinya, dan dia sekarang menghadapi tuduhan pemicu untuk membunuh para pengunjuk rasa dan bekerja sama dengan para militan melakukan serangan-serangan.

Sementara itu orang-orang bersenjata tak dikenal menyerang satu jaringan pipa gas alam di Sinai Selasa, kata sumber-sumber keamanan kepada kantor berita Reuters.

Serangan itu menimbulkan kekhawatiran ketakstabilan di Mesir yang sedang menyusun peta jalan menuju transisi politik menuju demokrasi.

Ledakan terjadi di kawasan Sinai, Mesir Tengah, atas satu jaringan pipa yang mengangkut gas alam ke satu kawasan industri.

Sejauh ini belum ada laporan tentang korban jiwa dan pasukan keamanan memeriksa kawasan itu untuk menentukan penyebab ledakan, kata sumber-sumber.

Mesir sedang berjuang memelihara stabilitas di negara berpenduduk 85 juta jiwa sejak penggulingan Presiden Moursi.

Para pendukung Moursi telah menyebut langkah tentara itu kudeta militer dan mengadakan protes-protes yang menuntut posisi pemimpin itu dikembalikan.

Serangan-serangan militan di kawasan Sinai telah meningkat sejak itu.

Penerjemah: M.Anthoni.